MENGGANTUNGKAN DIRI KEPADA ALLAH
SWT.
Tidak ada yang menjauhkanmu dari
rida dan rahmat-Nya, kecuali ketergantunganmu terhadap manusia. Jadi, manusia
itu sendiri yang menjadi penghalang dan yang dapat menjauhkanmu dari rahmat
serta rida Allah SWT., manusia dan duniawi, yang di dalamnya termasuk segala
fasilitas dan sebagainya. Sesungguhnya, manusia adalah penghalang bagimu untuk
mendapatkan rezeki yang sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW. Misalnya, dalam
bekerja mencari nafkah, jika selamanya engkau bergantung kepada manusia, tentu
engkau mempunyai harapan agar seseorang mengulurkan tangan buatmu. Harapanmu
tentang rezeki ternyata kau gantungkan kepada manusia, bukan kepada Allah SWT.
Hal ini termasuk syirik, menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya.
Menggantungkan diri kepada
manusia, menggantungkan harapan sepenuhnya kepada manusia menjadikan dirimu
lupa bahwa sesungguhnya Allah jualah yang memberi rezeki, bukan manusia, dan
engkau telah berbuat dosa besar. Setimpal dengan sikap dan dosamu, Allah
menghukummu dalam bentuk pencabutan sumber rezekimu. Umpamanya engkau
kehilangan sumber rezeki yang halal.
Bukan hanya itu, jika engkau pun
menggantungkan dirimu kepada pekerjaanmu (mata pencaharianmu), mengharap dari
lapangan pekerjaaanmu itu agar puas dengannya, sehingga terlena dengannya,
engkau akan dilupakan oleh sumber rezekimu, sehingga berpaling dari Yang Maha
Pemberi Rezeki, yaitu Allah SWT.
Hal ini termasuk syirik pula,
bahkan lebih berbahaya daripada syirik yang berpengharapan kepada manusia.
Tentu Allah SWT. menghukummu dalam bentuk menjauhkan rida-Nya. Oleh sebab itu,
janganlah menggantungkan pengharapan rezeki kepada manusia, dan jangan pula
memuja lapangan atau sumber rezekimu. Buanglah jauh-jauh ketergantungan seperti
itu. Apabila engkau telah berpaling dari kesesatan semacam itu dan membuang jauh-jauh
kemusyrikan yang halus itu, engkau akan selamat.
Hendaknya engkau yakin bahwa
hanya Allah SWT.-lah yang memberi rezeki dan menciptakan kemudahan untuk
mencari nafkah. Allah-lah yang memberi kekuatan, pemberi segala kebaikan, dan
rezeki itu sepenuhnya berada dalam kekuasaan-Nya, sehingga datang melalui
upahmu bekerja atau bisa juga datang karena rida-Nya sampai engkau tidak dapat
melihat sebab dan perantaraannya.
Berpalinglah kepada-Nya, buanglah
sifat manusiawi dan hewanimu. Dengan begitu, akan terbuka tabir penghalang
antara dirimu dengan rida-Nya. Lalu Allah akan membuka pintu-pintu rezeki atas
kehendak-Nya. Sesungguhnya Tuhan menyayangimu dengan limpahan rida-Nya.
Apabila di dalam hatimu sudah tak
ada lagi keinginan manusiawi dan hewani serta tak ada lagi kesenangan, di sana
hanya tinggal kehendak-Nya semata. Lepas dari kehendak nafsumu. Kemudian, jika
Allah berkehendak memberikan bagianmu kepadamu, hatimu akan dibangkitkan untuk
bergerak meraih bagianmu itu. Misalnya, bergerak dan terdorong untuk mencari
rezeki yang halal. Selanjurnya, hatimu akan dilimpahi rasa syukur, sehingga
engkau mensyukuri nikmat-Nya yang telah dikaruniakan kepadamu. Semua itu akan
membuat nuranimu teguh dan mendorong rohaniahmu untuk menjauhi manusia,
mengosongkan hati dari segala pengharapan terhadap mereka, kecuali hanya kepada
Allah SWT.
Apabila hikmah ilmumu telah
mencapai kedudukan yang tinggi, keyakinanmu menjadi teguh, dalam hatimu
terdapat nur, dan maqam derajatmu semakin dekat dengan Allah, engkau
akan mendapatkan kemampuan berupa 'melihat ke depan'. Hal ini hanyalah sebagian
dari keridaan-Nya, sebagai rahmat dan petunjuk-Nya. Allah SWT. berfirman:
Artinya:
Dan
Sesungguhnya Kami telah berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat), Maka janganlah
kamu (Muhammad) ragu menerima (Al-Quran itu) dan Kami jadikan Al-Kitab (Taurat)
itu petunjuk bagi Bani Israil.
Dan Kami
jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami ketika mereka sabar[1195]. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat
kami.
(Q.S. As-Sajdah [32]: 23-24)
Takutlah kepada Allah, pasti Dia
akan mengajarimu dan memberi kemampuan sehingga engkau dapat mengawasi alam
semesta. Kemampuan itu atas izin-Nya yang jelas sehingga tiada kegelapan di
dalamnya, yang ada adalah tanda yang nyata, terang bagaikan matahari. Dengan
tutur kata yang manis, lebih menarik daripada apa pun. Begitu juga dengan ilham-Nya yang benar, tak sedikit pun terdapat
kekaburan, bersih dari dorongan setan dan rayuan iblis terlaknat. Allah SWT.
berfirman, "Wahai Bani Adam, Aku-lah
Allah, tak ada sesuatu pun layak dipuja, kecuali diri-Ku. Aku berfirman,
'Jadilah', maka ia akan tercipta. Taatilah Aku, maka pasti engkau akan Ku-buat
sedemikian rupa, sehingga jika berseru 'jadilah', ia pun akan tercipta
(maujud)."
Hal ihwal yang serupa ini telah
diberikan kepada beberapa Rasul-Nya, beberapa wali-Nya, dan orang-orang yang
mendapat keridaan-Nya.
Sebelumnya Selanjutnya BERSATU DENGAN ALLAH SWT.