BERIBADAH HANYA KARENA ALLAH SWT.


BERIBADAH HANYA KARENA ALLAH SWT.

Apabila melaksanakan perintah Allah, tanggalkan pandangan manusia yang tertuju kepadamu dan tanggalkan kepentingan pribadimu dan hendaknya engkau tujukan kepada Allah saja.
Untuk menghindari pandangan manusia yang memuji atas amalanmu dalam melaksanakan perintah Allah, menghindari dari mereka, asingkan diri sepenuhnya dan bebaskan jiwamu dari segala harapan mereka. Lenyapkanlah segala nafsumu. Adapun tanda lenyapnya nafsu ialah :
  • Meninggalkan kesibukan mengejar duniawi;
  • Berhubungan dengan mereka hanya untuk mendapatkan manfaat;
  • Cenderung menghindari diri dari kemudaratan;
  • Tidak menuruti dan dorongan pribadi;
  • Tidak menggantungkan diri sendiri dalam masalah pribadi 
  • Tidak membantu atau melindungi diri sendiri, tetapi memasrahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT., karena Dia-lah Yang Maha Kuasa
Kemauan itu dapat lenyap dari jiwamu. Kemauan yang dimaksud ialah didorong oleh hawa nafsu. Adapun lenyapnya kemauan atas kehendak Allah itu ditandai sebagai berikut :
  • Tidak pernah menurutkan keinginan, tak merasa butuh, tidak mempunyai tujuan, kecuali hanya satu tujuan dan satu kebutuhan, yaitu kepada Allah SWT. Belaka;
  • Kehendak Allah akan berwujud pada dirimu, sehingga jika kehendaknya bereaksi, tubuhmu menjadi pasif, namun hatimu tenang, pikiranmu jernih, nurani dan rohanimu menjadi berseri. Dengan demikian, kebutuhanmu tentang kebendaan kau pasrahkan dan engkau bergantung kepada Allah SWT. Saja.
  • Gerakanmu digerakan oleh kekuasaanNya, lidah keabadian selalu menyeru namamu. Tuhan semesta alam mengajarimu, dan member hiasan kepadamu berupa nur-Nya yang menempatkan kedudukanmu sejajar dengan ulama hikmah yang telah mendahuluimu.
Jika mampu seperti demikian, niscaya engkau berhasil menaklukkan diri sendiri, sehingga, dalam ragamu tidak ada kedirianmu, laksana bejana yang hancur, bersih dari air dan endapan, rohanimu menolak segala sesuatu. Rohmu hanya menerima kehendak Allah saja. Pada peringkat dan kedudukan seperti ini, engkau akan mendapatkan suatu keajaiban. Hal ini seolah-olah hanya karena usahamu dalam melatih diri dan rohmu, padahal sebenarnya adalah kehendak Allah belaka.
Pada kedudukan ini, engkau mampu menjadi orang yang dapat menundukan hati sendiri, sifat hewanimu telah musnah. Dengan demikian, engkau akan mendapat ilham atas kehendak Ilahi dan dambaan-dambaan baru dalam kenyataan sehari-hari.
Allah Yang Mahatinggi tak akan bersamamu, jika kedirianmu (nafsu duniawi, hewani, sifat yang merusakkan/membutakan hati) belum sirna. Jika kedirianmu telah sirna, lalu kau menganggap sesuatu di dunia ini tak akan ada artinya kecuali Allah, Dia akan memberikan kebugaran dan kesegaran rohani. Allah akan member kekuatan rohani dan dengan rohani tersebut, engkau berkehendak.
Jika dalam dirimu masih juga terdapat noda meskipun sekecil biji dzarah, Allah akan menolakmu agar engkau terus berusaha untuk diterima Allah. Allah pun terus menciptakan kemauan baru dalam dirimu agar engkau tidak merasa puas dengan amal dan ibadah yang kau lakukan, hal ini sampai pada akhir  hayatmu.
Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah SWT. Berfirman,
Hamba-ku yang beriman senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku, yaitu dengan mengerjakan shalat-shalat sunah yang diutamakan sehingga Aku mencintainya, maka Aku menjadi telinganya, dengan ia mendengar, dan menjadi matanya, dengannya ia melihat, dan menjadi tangannya, dengannya ia bekerja, dan menjadi kakinya, dengannya ia berjalan. Tak diragukan lagi, demikianlah keadaan fana.
Oleh sebab itu, Dia menyelamatkanmu dari kejahatan para makhluk-Nya, kemudian mendorongmu dalam kebaikan-Nya. Dengan begitu, engkau akan menjadi pusat kebaikan, sumber rahmat, kebahagiaan, kenikmatan, semangat, damai dan sentosa.
Para wali terdahulu pun menunaikan ibadah untuk mendekatkan dirinya sedekat mungkin kepada Allah SWT. Itulah yang menjadi tujuannya, tujuan terakhir. Mereka senantiasa beralih dari kehendak yang timbul dari pribadinya sendiri, mengubahnya menjadi kehendak dari Allah. Itulah sebabnya, mereka kemudian disebut badal (berubah). Bagi mereka, ini menggabungkan kehendak dirinya sendiri dengan kehendak Allah adalah suatu dosa.
Apabila mereka terbawa tipuan perasaan-perasaannya sendiri sehingga lalai atau takut, Allah menolong mereka dengan kasih sayang-Nya. Allah akan mengingatkan mereka dan akhirnya mereka sadar dan berlindung kepada Tuhannya. Mereka berlindung dari kemauan pribadinya karena menyadari bahwa mereka tak akan mampu membersihkan dirinya sampai sebersih mungkin dari nafsu dan kemauan, kecuali malaikat. Para malaikat memang suci dari nafsu dan kehendak, para nabi terbebas dari kedirian, sedangkan jin dan manusia tak terlepaskan dari nafsu yang kelak menuntut pertanggungjawaban moral. Akan tetapi, meskipun manusia itu dapat terbebas dari nafsu, para wali mampu melemahkan nafsunya sehingga dengan, bantuan Allah, mereka mendapatkan rahmat dan menguatkan akalnya.

Kembali Kehalaman sebelumnya                                          Selanjutnya Membebaskan Diri..........