Makna "Mengaji Pakaro Diri, Mano Nan Diri Sarana Diri"

Kajian Buya H.M. Jali Sadana Tuanku Sinaro Mangkuto tentang "Mengaji Pakaro Diri, Mano Nan Diri Sarana Diri" merupakan bagian dari ajaran tasawuf dan tarekat yang menekankan pentingnya kontemplasi diri dan pembersihan hati sebagai jalan menuju kedekatan dengan Allah SWT.

Makna "Mengaji Pakaro Diri, Mano Nan Diri Sarana Diri"

Frasa ini mengajak umat Islam untuk melakukan introspeksi diri (muhasabah) guna memahami tujuan hidup dan jalan spiritual yang benar. "Pakaro diri" berarti mengenali diri sendiri, sedangkan "mano nan diri sarana diri" berarti mengetahui tujuan hidup dan cara mencapainya melalui jalan yang diridhai Allah.

Tujuan dan Hikmah

Tujuan dari kajian ini adalah untuk:

  • Meningkatkan kesadaran spiritual: Dengan mengenal diri, seseorang dapat memahami kekurangan dan potensi dalam dirinya, serta cara untuk memperbaikinya.

  • Mencapai ketenangan batin: Dengan membersihkan hati dari sifat-sifat negatif, seseorang dapat merasakan kedamaian dan kedekatan dengan Allah.

  • Menjadi pribadi yang lebih baik: Dengan melakukan muhasabah, seseorang dapat memperbaiki akhlak dan perilakunya, sehingga menjadi pribadi yang lebih baik di mata Allah dan sesama.

Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari

Untuk menerapkan ajaran ini, beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:

  • Melakukan muhasabah secara rutin: Setiap hari, luangkan waktu untuk merenung dan mengevaluasi perbuatan serta niat dalam hidup.

  • Meningkatkan kualitas ibadah: Laksanakan ibadah dengan khusyuk dan penuh penghayatan, serta perbaiki niat agar hanya mengharapkan ridha Allah.

  • Menjaga akhlak dan perilaku: Berusaha untuk selalu berperilaku baik, sabar, dan rendah hati dalam setiap interaksi sosial.


Cetak apapun lebih mudah, cepat, dan praktis