KEBERANIAN, KEPAHLAWANAN DAN SEMANGAT MATI SYAHID


KEBERANIAN, KEPAHLAWANAN DAN SEMANGAT MATI SYAHID

Suatu hasil yang lazim dari keberanian adalah jika seseorang sudah mendekati kematiannya, maka perbuatan apapun akan sanggup ia lakukan. Sedangkan bagi seorang penakut, mereka senantiasa memikirkan kehidupan untuk dapat terus hidup. Mereka enggan berpikir, bahwa suatu saat mereka akan mati. Seseorang yang bergairah untuk mati, maka di dalam hatinya tiada kecintaan kepada harta, dan tiada rasa takut kepada musuh. Mudah-mudahan Allah swt, mengaruniakan sifat-sifat tersebut kepada diri saya dan Anda sekalian.


1. Kisah Do'a Ibnu Jahsy ra. dan Sa'ad ra.

Dalam perang Uhud, Abdullah bin Jahsy ra. berkata kepada Sa'ad bin Abi Waqash ra., "Hai Sa'ad, mari kita berdo'a bersama." Maksudnya, setiap orang mendo'akan keinginannya, lalu diamini oleh temannya. Do'a seperti ini lebih cepat dikabulkan. Kedua sahabat tadi pergi ke suatu sudut dan berdo'a. Yang berdoa pertama kali adalah Sa'ad ra.. "Ya Allah, jika esok kami bertempur, maka hadapkanlah kepadaku musuh yang berani. Yang menyerang saya dengan hebat, lalu saya melawannya dengan hebat pula. Lalu karuniakanlah kepadaku kemenangan, dan membunuh mereka di jalan-Mu, dan karuniakanlah kepada kami harta rampasan." Abdullah ra. pun mengamini do'a sahabatnya. Kemudian, giliran Abdullah bin Jahsy ra. berdo'a, "Ya Allah, jika esok kami bertempur, maka hadapkanlah kepadaku musuh yang kuat, dan beranikanlah saya untuk melawannya. Lalu ya Allah, syahidkanlah saya dalam keadaan terpotong hidung dan telinga saya, sehingga pada hari Kiamat nanti, ketika di hadapan Rasulullah saw., Engkau akan bertanya, "Hai Abdullah, mengapa hidung dan telingamu terpotong?" maka saya akan menjawab, "Ya Allah, hidung dan telinga saya telah terpotong untuk berjuang di jalan-Mu dan di jalan Rasul-Mu." Dan, Engkau akan berkata, "Benar semuanya telah terpotong di jalan-Ku." Sa'ad ra. pun berkata , "Amin." Esoknya, terjadilah pertempuran sengit. Dan do'a keduanya telah dikabulkan Allah swt., persis seperti yang mereka doakan.

Sa'ad ra. bercerita, "Do'a Abdullah bin Jahsy lebih baik daripada do'a saya. Saya melihat telinga dan hidungnya telah terpotong-potong dan pedangnya pun telah patah dalam perang Uhud itu. Kemudian Nabi saw. memberinya sebatang ranting pohon. Setelah diterima, ranting itu langsung menjadi pedang. Pedang itu langsung digunakan berperang. Pedang itu masih ada selama beberapa masa, kemudian dijual seharga 200 dinar." (Al-Ishabah)

Faedah:
Kisah di atas menunjukkan keberanian para sahabat ra. yang sempurna. Keberanian mereka terlihat dari keinginan mereka untuk bertemu dengan musuh yang hebat. Dan mereka pun telah menunjukkan kecintaan yang sempurna di jalan Allah, sehingga mereka ingin agar tubuhnya terpotong-potong fi sabilillah. Mereka berharap, jika mereka ditanya pada hari Kiamat, "Mengapa kamu melakukan semua ini?" maka akan dijawab, "Semua ini semata-mata untuk-Mu, ya Allah."
Pertahankan perjuangan ini dengan semangat juang sehingga merasakan syahid dengan kelezatan tubuh yang terpotong-potong

2. Kisah Keberanian Ali ra. Dalam Perang Uhud

Dalam perang Uhud, kaum Muslimin mengalami sedikit kekalahan. Penyebab utamanya adalah tidak mentaati suatu perintah Rasulullah saw.. Sebagaimana telah dikisahkan dalam Bab ke-I, kisah ke-2. Ketika itu tentara muslimin telah dikepung oleh kaum kuffar dari empat penjuru, sehingga banyak kaum Muslimin yang gugur syahid. Dan sebagian ada yang melarikan diri. Sedangkan Nabi saw. terkepung oleh musuh-musuh kafirin. Lalu mereka mengumumkan bahwa Rasulullah saw. telah gugur. Berita ini telah membuat para sahabat ra. panik. Ada sebagian sahabat yang langsung melarikan diri, dan ada yang lari ke sana ke rnari terpecah belah.
Ali ra. bercerita, "Ketika orang-orang kafir itu mengepung kaum Muslimin, saya tidak melihat Rasulullah saw., maka saya segera mencari beliau di kalangan orang-orang yang masih hidup. Namun, saya tidak menemukannya. Lalu saya mencarinya diantara mayat para syuhada, di sana pun saya tidak menjumpainya. Saya berpikir, tidak mungkin Nabi saw. melarikan diri dari pertempuran. Mungkin karena perbuatan kami, Allah marah kepada kami, sehingga Allah mengangkat kekasih-Nya ke langit. Saya tidak dapat mengira-ngira kemungkinan lainnya yang terbaik pada Nabi saw.. Saya segera mencabut pedang, dan terjun ke tengah pertempuran dengan merasa bahwa saya akan gugur dalam pertempuran ini. Saya terus bertempur, sehingga suatu jalan terbuka di tengah kepungan tersebut. Ketika itulah, pandangan saya melihat Rasulullah saw. Bukan main gembira hati saya. Saya yakin bahwa Allah swt. melindungi kekasih-Nya dengan para malaikat-Nya. Saya segera menjumpai beliau saw. dan berdiri di sampingnya.
Tiba-tiba, muncullah pasukan kafir Quraisy menyerang Nabi saw.. Beliau bersabda, "Hai Ali, tahanlah mereka." Saya langsung menghadapi mereka dengan segenap keberanian saya, sehingga sebagian mereka melarikan diri dan yang lainnya dapat saya bunuh. Lalu datang lagi pasukan kedua hendak membunuh Nabi saw.. Beliau saw. meriiberi isyarat kepada saya agar melawan mereka, maka pasukan itu pun dilawan oleh Ali ra. seorang diri saja.
Ketika kejadian tersebut berlangsung, Jibril as. memuji keberanian Ali ra.. Nabi saw. bersabda, "Sesungguhnya Ali adalah bagianku dan aku bagian dari Ali." Menunjukkan pentingnya kesatuan yang sempurna. Dan Jibril as. berkata, "Saya adalah dari kalian berdua." (Qurratul Uyun)
Faedah:
Demikianlah suatu teladan dari keberanian seseorang. Dengan niat mengorbankan nyawa, ia melawan pasukan Kuffar hingga dapat mengalahkan mereka, semata-mata untuk melindungi Nabi saw.. Dari satu sisi, terlihat bagaimana ketulusan cinta mereka terhadap Nabi saw.. Dan di sisi lain, mereka juga mencontohkan bagaimana keberanian dan keteguhan mereka yang sempurna.

3. Kisah Hanzhalah ra. Yang Syahid Di Medan Uhud

Pada perang Uhud, Hanzhalah ra. tidak turut bertempur. Menurut riwayat, beliau baru saja melangsungkan pernikahannya, dan baru saja berkumpul dengan istrinya pada malam itu. Ketika ia akan mulai mandi, dan baru membasuh kepalanya, tiba-tiba terdengar suara kekalahan kaum Muslimin, yang tidak tahan ia dengar. Dalam kondisi seperti itu, ia langsung menghunuskan pedangnya menuju pertempuran Uhud, bergabung menyerang pasukan Kafirin. Akhirnya, dalam keadaan seperti itu ia telah gugur sebagai syuhada.
Karena kesyahidannya, jika ia tidak dalam keadaan junub, maka ia dapat langsung dikuburkan tanpa harus dimandikan. Namun Nabi saw. melihat para malaikat sedang memandikan mayat Hanzhalah ra.. Mengenai hal ini, Nabi saw. bersabda kepada para sahabat, "Hanzhalah ra. telah dimandikan oleh para malaikat." Abu Sa'id Saidi ra. berkata, "Ketika Rasulullah saw. berkata demikian, saya pergi melihat mayatnya. Saya melihat tetesan air bekas mandi menetes dari kepala Hanzhalah ra.. Dalam perjalanan pulang, Rasulullah saw. memastikan lagi bahwa mayat Hanzhalah ra. tidak perlu dimandikan.

Faedah:
Ini pun suatu teladan keberanian yang sempurna. Seorang pemberani tidak akan mengundurkan niatnya. Sehingga, tanpa menunggu mandi junub, ia langsung menunaikan tugasnya.

4.  Kisah Amru Bin Jamuh ra. Mendambakan Mati Syahid

Amrubin Jamuh ra. adalah seorang lelaki pincang yang memiliki empat orang putra. Mereka sering berkhidmat kepada Nabi saw., dan selalu menyertai berbagai peperangan. Pada perang Uhud pun, Amru bin Jamuh ra. sangat bergairah untuk menyertainya. Namun orang-orang berkata, "Kamu ada udzur, kakimu pincang, kamu akan sulit berjalan." Ia berkata, "Betapa buruk, jika anak-anak saya pergi ke surga, sedangkan saya tertinggal di sini." Ditambah lagi, istrinya selalu mendorongnya dengan sindiran, "Saya melihat suamiku tinggal di rumah karena melarikan diri dari peperangan." Mendengar ucapan istrinya, Amrura. menghadap ke arahkiblat dan berdo'a,

"Ya Allah, jangan kembalikan aku kepada keluargaku. "
Kemudian Amru menghadiri majelis Nabi saw. dan menceritakan anjuran kaumnya serta semangat dirinya untuk ikut berjuang di jalan Allah. Amru berkata, "Saya berharap, dengan kakiku yang pincang ini, saya dapat berjalan di surga." Sabda Nabi saw., "Allah telah mentakdirkanmu udzur. Tidak pergi pun tidak mengapa." Amru ra. tetap bersemangat untuk ikut berperang, sehingga Nabi saw. mengijinkannya ikut.
Abu Thalhah ra. berkata, "Saya melihat Amru ra. ikut bertempur dengan penuh semangat. Ia selalu berkata, "Demi Allah saya harus masuk surga." Salah seorang putranya ikut berlari-lari di belakangnya. Keduanya bertempur mati-matian, hingga keduanya gugur sebagai syuhada. Kemudian istrinya datang ke medan perang dengan seekor unta untuk membawa mayat suami dan putranya agar dapat dikuburkan di Madinah. Tetapi unta itu hanya duduk saja. Walaupun dipaksa, bahkan dicambuk dan berbagai cara untuk membawa jenazah itu ke Madinah, unta itu tetap diam sambil memandang ke arah Uhud. Istrinya mengadukan hai ini kepada Nabi saw.. Sabda Beliau, "Unta ini telah diperintahkan demikian. Apakah sebelum berperang Amru telah berkata sesuatu?" Istrinya menjawab, "Ya, ia telah berdo'a sambil menghadap kiblat, "Ya Allah, jangan kembalikan aku ke keluargaku." Sabda Nabi saw., "Karena do'a itulah, unta itu enggan pergi."

Faedah:
Hanya karena Allah, ia sangat bersemangat ke surga. Demikianlah teladan kecintaan yang tulus kepada Allah dan Rasul-Nya. Sehingga para sahabat sangat bersemangat untuk syahid, yang menghantarkan mereka ke derajat yang tinggi. Sampai untanya pun enggan berj alan, hanya duduk memandang ke arah Uhud.

5. Kisah Kesyahidan Mus'ab Bin Umair ra.

Sebelum masuk Islam, Mus'ab bin Umair ra. adalah seorang bangsawan dan pemuda terkaya diantara rekan-rekannya. Ayahnya membelikannya pakaian berharga ratusan dirham. Pada masa mudanya ia telah dikaruniai banyak kenikmatan. Pada masa permulaan Islam, ia telah masuk Islam dengan diam-diam. Hingga beberapa lama, ada seseorang yang mengadukannya kepada keluarganya, sehingga mereka marah dan mengikatnya selama beberapa hari. Ketika ada kesempatan, ia melarikan diri dan ikut berhijrah ke Habasyah bersama kaum Muslimin. Lalu ia kembali ke Madinah, dan mulai hidup dalam kezuhudan dan kefakiran.
Demikian menderita kehidupannya. Sehingga, ketika Nabi saw. sedang duduk-duduk, lewatlah Mus'ab bin Umair ra.. Di tubuhnya hanya melekat sehelai kain lusuh penuh tambalan. Salah satu tambalannya dari kulit. Melihat hal ini, terbayang oleh Nabi saw. bagaimana keadaan Mus'ab ra. sebelum Islam. Yang sangat berbeda dengan saat itu, sampai Nabi saw. meneteskan air mata.
Ketika perang Uhud, bendera kaum Muslimin dipegang oleh Mus'ab bin Umair ra.. Ketika kaum Muslimin mengalami kesulitan sehingga kacau balau, ia tetap berdiri tegak. Tiba-tiba, seorang musuh menyerangnya dengan pedang, memotong salah satu tangannya. Bendera di tangannya hampir terjatuh. Ketika itu, pasukan Muslimin telah kalah. Mus'ab segera meraih bendera dengan tangan satunya. Si kafir itu pun kembali memotong tangan yang satunya lagi. Didekaplah bendera itu di dadanya dengan sisa-sisa kedua tangannya. Akhirnya, dadanya dipanah oleh musuh kafir sehingga ia mati syahid. Sampai sisa-sisa hidupnya, ia tetap berusaha untuk menjaga bendera itu agar tidak terjatuh ke tanah. Setelah itu, bendera langsung diambil oleh seorang kawannya.
Ketika akan dikebumikan, di tubuhnya hanya ada sehelai kain kafan yang tidak cukup untuk menutupi seluruh tubuhnya. Jika ditutupkan ke kepalanya, kakinya akan terbuka. Jika ditutupi kakinya, kepalanya akan terbuka. Nabi saw. bersabda, "Tutupkanlah kain itu ke kepalanya, dan tutupi kakinya dengan daun-daunan Adkhar."

Faedah:
Demikianlah akhir hidup Mus'ab ra., begitu susah dan mengharukan. Padahal ia pernah berpakaian seharga ratusan dirham. Namun pada akhir hidupnya, ia mengenakan sehelai kain kafan yang tidak mencukupi tubuhnya. Hingga akhir hayatnya, dengan penuh semangat ia berusaha agar bendera tidak jatuh, walaupun kedua tangannya telah terpotong.
Demikian mengharukan keteguhan iman dalam hati mereka, membuat mereka tetap mempertahankannya, tanpa berani meninggalkannya sedikit pun. Mereka berani mengorbankan harta, uang, istirahat, ataupun kesenangannya, semata-mata untuk berjuang dijalan-Nya.

6. Kisah Surat Sa'ad ra. Ketika Perang Yarmuk
Dalam pertempuran Irak, khalifah Umar bin Khattab ra. berniat menyertai pasukan muslimin dalam peperangan tersebut. Masyarakat biasa dan para tokoh telah berkumpul dan bermusyawarah hingga beberapa hari; Apakah Umar ra. lebih baik ikut dalam pertempuran itu atau lebih baik tingal di Madinah untuk mempersiapkan pasukan yang akan dikirim kemudian? Kalangan rakyat biasa mengusulkan lebih baik Umar ra. ikut dalam peperangan, sedangkan para tokoh berpendapat, Umar ra. lebih baik tinggal di Madinah. Dalam musyawarah tersebut, muncullah nama Sa'ad bin Abi Waqas ra. Mereka lebih suka, jika Sa'ad bin Abi Waqash ra. yang memimpin pasukan, sehingga Umar ra. tidak perlu pergi ke medan perang.
Sa'ad bin Abi Waqash ra. adalah seorang pemberani dan terkenal sebagai singa Arab. Singkat cerita, diputuslah Sa'ad bin Abi Waqash ra. dikirim memimpin pasukan Muslimin. Ketika pasukan telah sampai di Kadisiah, Raja Kisra telah mengirim pasukan yang dipimpin oleh Rustum, yang terkenal dengan kehebatannya. Padahal, Rustum telah berkali-kali meminta kepada raja, agar ia diijinkan untuk tetap mendampingi raja. Sebenarnya ia takut menghadapi pasukan Muslimin. Namun, ia sembunyikan ketakutannya itu, dan berkata kepada raja, "Saya lebih baik tinggal di sini untuk mempersiapkan pasukan yang akan dikirim dan dapat membantu paduka dalam perundingan-perundingan nanti." Tetapi, Raja yang bernama Yadzdajir, menolak usulan Rustum. Sehingga terpaksa Rustum menyertai pasukan. (Asyhar)
Ketika Sa'ad bin Abi Waqqash ra. akan berangkat, Umar bin Khattab ra. berwasiat kepadanya, "Hai Sa'ad, janganlah kamu terperosok dalam tipuan, kamu disebut sebagai paman dan sahabat Rasulullah saw.. Allah swt. tidak membalas keburukan dengan keburukan, tetapi membalas keburukan dengan kebaikan. Dan Allah tidak memiliki hubungan apapun dengan hamba-Nya kecuali penghambaan yang dikabulkan-Nya. Semua hamba itu pada hakekatnya sama. Semuanya adalah hamba Allah, dan Allah adalah Rabb manusia. Nikmat-Nya didapatkan melalui penghambaan kepada-Nya. Segala perintah-Nya hendaknya dilaksanakan sesuai contoh Rasulullah saw.. Itulah amal shalih. Ingatlah nasehat ini dengan baik. Kamu dikirim untuk suatu tugas yang sangat besar. Dan itu dapat kamu kerjakan, bila berpegang teguh kepada yang hak. Biasakanlah dengan sifat kebaikan pada dirimu serta kawan-kawanmu. Tingkatkanlah rasa takut kepada Allah. Takut kepada Allah swt. itu ada dua hal: Mentaati Allah swt. dan menghindari dosa. Ketaatan kepada Allah ini akan diperoleh oleh mereka yang membenci dunia dan hanya mencintai akherat."
Setelah itu, Sa'ad ra. dengan wajah berseri-seri, membawa pasukannya ke medan perang. Sesuai dengan surat yang dikirim olehnya kepada Rustum:

'Sesungguhnya saya membawa sebuah pasukan, yang mencintai mati, sebagaimana orang-orangmu mencintai khamar.' (TafsirAzizi) Faedah:
Tanyakanlah kepada para pecinta khamar, bagaimanakah rasanya? Jika ada yang mencintai syahid di jalan Allah, seperti orang yang mencintai khamar, maka mengapa kita tidak mengikuti jejak mereka?

7. Kisah Kesyahidan Wahab Bin Qobus ra. di Perang Uhud
Wahab bin Qabus ra. adalah seorang sahabat yang masuk Islam pada suatu waktu. Ia tinggal di sebuah kampung, sambil menggembala kambing. Suatu hari, bersama keponakannya ia pergi ke Madinah sambil membawa kambing-kambingnya. Setibanya di sana, ia bertanya kepada orang-orang, "Dimanakah Rasulullah saw.?" Ia diberitahu, bahwa Nabi saw. telah pergi ke medan Uhud. Ia langsung meninggalkan kambing-kambingnya, dan menyusul ke Uhud menjumpai Nabi saw.. Ketika itu Rasulullah saw. sedang terkepung oleh pasukan kafir. Sabda Nabi saw., "Barangsiapa dapat membubarkan kepungan mereka, ia akan bersamaku di surga." Wahab bin Qabus ra. langsung menghunus pedangnya dan menyerang kepungan orang-orang kafir itu, sehingga mereka melarikan diri. Lalu muncul lagi serangan musuh seperti tadi, dan ia berhasil mengusir kembali. Kemudian terjadi lagi pengepungan yang ketiga kalinya. Dan Wahab berhasil mengusirnya. Nabi saw. terus menjanjikannya dengan surga. Mendengar janji-janji itu, Wahab bin Qabus ra. bertambah semangat dan menghunus pedangnya menyerang musuh-musuhnya hingga syahid.
Sa'ad bin Abi Waqas ra. berkata, "Saya belum pernah melihat orang yang demikian hebat bertempur seperti Wahab bin Qabus." Setelah ia mati syahid, saya melihat Nabi saw. berdiri sambil menegakkan kepala, dan bersabda, "Allah meridhaimu dan saya pun meridhaimu." Lalu Beliau saw. ikut menguburkan jenazahnya dengan tangan beliau sendiri. Padahal, ketika itu Nabi saw. sedang terluka." Umar ra. berkata, "Saya tidak pernah sangat mencemburui suatu perbuatan, kecuali perbuatannya Wahab ra.. Hati saya berdo'a dan berharap; Semoga Allah menyampaikan daku kepada derajat sebagaimana amalan Wahab ra." (Al-Ishabah)

Faedah:
Rasa cemburu terhadap suatu amalan, menyebabkan nyawa tidak dipandang lagi. Padahal Umar ra., juga sahabat lainnya mempunyai amalan yang sama luar biasanya.

8. Kisah Perang Bir Mauna
Pertempuran Bir Mauna sangatlah terkenal. Ada tujuh puluh sahabat ra. yang semuanya syahid dalam pertempuran itu. Mereka adalah Qurra; para hafizh Al-Qur'an. Selain mereka ada beberapa orang Muhajirin, sedangkan jumlah Anshar lebih banyak. Rasulullah saw. sangat mencintai mereka, karena mereka banyak menyibukkan diri pada malam harinya untuk berdzikir dan tilawat Qur'an. Dan pada siang harinya, mereka membantu istri-istri Rasulullah saw., dengan mengumpulkankayubakar, air, dan sebagainya.

Suatu ketika, jamaah yang makbul ini diminta oleh serombongan penduduk Najed, yaitu kaum Bani Amir dengan pimpinan Amir bin Malik yang terkenal dijuluki Abu Barra. Atas perlindungan darinya sebagai pemimpin, mereka meminta agar dikirim beberapa orang sahabat untuk bertabligh dan mengajari kaumnya. Sabda Nabi saw., "Hati saya berkata, para sahabat saya ini dalam bahaya. Saya khawatir mereka tidak sampai ke tujuan." Tetapi, karena utusan tadi memberikan alasan-alasan yang cukup kuat, sehingga Nabi saw. mengijinkan tujuh puluh sahabat ra. diutus ke Bani Amir. Dan Nabi saw. telah menulis surat yang dititipkan kepada jamaah untuk ketua Banu Amir, yang bernama Amir bin Tufail. Yang isinya adalah ajakan Rasulullah saw. kepadanya untuk masuk Islam.
Jamaah ini bertolak meninggalkan Madinah, dan tiba di suatu tempat bernama Bir Mauna. Lalu, dua orang sahabat, yaitu; Umar bin Umayah ra. dan Mundzir bin Umar ra. ditugaskan untuk menggembalakan unta-unta milik jamaah. Dan Haram ra. dengan dua kawannya ditugaskan untuk menyampaikan surat Nabi saw. kepada Amir bin Tufail.
Ketika hampir tiba, ia berkata kepada kedua kawannya. "Kalian tunggu di sini. Saya akan masuk ke sana. Jika saya ditipu, maka kalian pergi dari sini. Daripada kita bertiga terbunuh lebih baik salah satu saja yangterbunuh."
Amir bin Tufail adalah keponakan Amir bin Malik ra., yang membawajamaah sahabat tersebut. Sebenarnya Amir bin Tufail sangat membenci Islam dan kaum Muslimin. Haram ra. menjumpai Amir bin
Thufail dan menyampaikan surat Rasulullah saw. kepadanya. Namun, tanpa dibaca, Amir bin Thufail langsung menombak dada Haram ra., hinggamati syahid. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, Haram sempat berkata, "...Demi Tuhan Ka 'bah, saya telah menang. " Ia meninggal dunia dengan kalimat ini. Amir bin Thufail sama sekali tidak peduli telah membunuh seorang utusan. Padahal, menurut bangsa manapun, membunuh seorang utusan itu tidak diperbolehkan. Ia juga tidak berpikir, bahwa orang tersebut telah mendapatkan perlindungan dari pamannya sendiri.
Setelah mensyahidkan sahabat tersebut, Amir mengumpulkan kaumnya dan menyuruh mereka untuk membunuh semua orang Islam. Namun kaumnya merasa ragu, karena kaum Muslimin telah memperoleh perlindungan dari Abu Barra. Melihat hai itu, Amir bin Thufail segera mengumpulkan orang-orang di pihaknya, sehingga terkumpullah suatu kelompok besar yang menyerang 70 sahabat ra. tersebut. Para sahabat ra. melawan mereka dengan gigih. Mereka telah dikepung oleh orang-orang kafir, sehingga semua gugur terbunuh. Tinggal seorang sahabat bernama Ka'ab bin Zaid ra. yang masih hidup, namun ia disangka telah meninggal dunia, sehingga ia ditinggalkan begitusaja. Sedangkan yang lainnya telah syahid.
Mundzir dan Umar ra. yang ditugaskan mengembalakan unta-unta, melihat ke langit dan terlihat burung-burung pemakan bangkai berterbangan di dekat situ. Keduanya berkata, "Kita harus segera kembali, pasti ada sesuatu yang terjadi pada kawan-kawan kita." Ketika tiba, mereka menjumpai seluruh kawannya telah gugur syahid, dan semua kendaraan mereka penuh dengan darah. Mereka berputar-putar mengelilingi mayat-mayat tersebut. Atas kejadian tersebut, mereka berdua bermusyawarah apa yang harus mereka lakukan. Umar bin Umayah ra. mengusulkan, "Mari kita kembali dan memberitahukan kepada Nabi saw.." Tetapi Mundzir ra. berkata, "Berita ini pasti akan disampaikan Allah kepada beliau. Hati saya berkata lebih baik kita jangan kembali, dan hati kecil saya mengatakan jangan tinggalkan mati syahid. Kita segera menyusul kawan-kawan kita yang telah syahid di sini." Lalu keduanya menyerang musuh, yang pada akhirnya, Mundzir ra. pun mati syahid. Dan Umar bin Umayah ra. ditawan sebagai budak oleh orang-orang kafir. Namun, karena ibu Amir bin Thufail telah bersumpah akan membebaskan seorang budak, maka Amir bin Thufail pun bertanggung jawab untuk membebaskan seorang budak, sehingga ia terpaksa membebaskan sahabat tadi.
Diantara para sahabat yang syahid, ada seorang hamba sahaya Abu Bakar Shiddiq ra., yaitu Amir bin Fuhirah ra.. Yang membunuh Amir adalah Jabbar bin Salami. Jabbar bin Salami bercerita, "Ketika saya melempar tombak ke arahnya dan tepat mengenai sasaran, ia mati syahid sambil berkata sebelum meninggalnya; "Demi Allah, saya telah menang. " Kemudian, saya melihat mayatnya terbang ke langit dan menghilang. Saya sangat heran atas kejadian itu, sehingga saya terus memikirkannya. Akhirnya, saya berkata kepada orang-orang, "Saya telah membunuhnya dengan tombak hingga mati, tetapi ketika mati, ia berkata, 'Saya telah memang. Kemenangan apakah itu?" Orang-orang memberitahuku bahwa itu adalah kememangan mendapatkan surga. Dan disebabkan itulah, akhirnya saya masuk Islam. (Khamis)
Faedah:
Demikianlah pribadi-pribadi muslim yang patut dibanggakan. Mereka benar-benar lebih mencintai syahid daripada mereka yang mencintai minuman keras. Demikinlah keadaan dunia, barangsiapa berkorban untuk Allah swt, maka ia akan mendapatkan keberhasilan dengan penuh keyakinan. Karena itu barangsiapa mendapatkan syahid, sesungguhnya ia telah berjaya.

9.      Kisah Ucapan Umair ra. Bahwa Memakan Kurma Itu Buang Waktu

Pada perang Badar, ketika Nabi saw. sedang beristirahat di sebuah kemah, beliau bersabda kepada para sahabatnya, "Berdirilah dan segeralah menuju surga yang luasnya lebih besar daripada langit dan bumi, yang disediakan hanya bagi orang-orang yang bertakwa." Umair bin Himam ra., seorang sahabat Nabi saw. yang mendengar seruan itu langsung berkata, "Wah..wah!" Beliau saw. bersabda, "Apa maksudmu dengan, wah...wah?" Ia menjawab, "Ya Rasulullah, saya ingin agar saya dapat masuk ke dalamnya." Jawab Beliau saw., "Kamu termasuk orang yang berada di dalamnya." Kemudian Umair ra. mengeluarkan kurma dari sakunya, dan memakannya. Lalu ia berkata, "Jika saya harus menunggu hingga kurma ini habis, berarti memperpanjang hidup saya. Sampai kapan saya harus menunggu?" Setelah berkata demikian, ia lemparkan kurma-kurma itu, dan segera meraih pedangnya, maju bertempur hingga syahid. (Thabaqat Ibnu Saad)
Faedah:
Orang-orang seperti inilah yang berhak masuk surga. Jika keyakinan kita seperti mereka, maka segala persoalan akan menjadi mudahbagi kita.

10. Kisah Hijrah Umar ra.

Kisah tentang Umar ra. sudah banyak diketahui, bahkan kehebatan dan keberaniannya sangat dikenal oleh anak-anak sekalipun. Ketika beliau masuk Islam, keadaan kaum Muslimin sangat lemah. Nabi saw. sendiri pemah berdo'a agar Islam dikuatkan melalui Umar ra.. Ternyata do'a itu dikabulkan Allah swt.. Abdullah bin Mas'ud ra. berkata, "Sebelum Umar ra. memeluk Islam, kami tidak leluasa mendirikan shalat di Ka'bah." Dan Ali ra. berkata, "Pada mulanya, setiap muslim berhijrah dengan sembunyi-sembunyi, tetapi ketika Umar ra. hijrah, ia pergi dengan pedang terhunus dan panah serta anak panah yang cukup banyak di tangannya. Pertama-tama ia masuk ke Masjidil Haram, berthawaf dengan tenang, lalu shalat dengan penuh khusyu'. Kemudian ia pergi ke kumpulan orang-orang kafir dan berkata kepada mereka, "Siapakah yang hatinya menginginkan ibunya menangis karena kehilangan anak, dan istrinya menjadi janda serta anaknya menjadi yatim? Tunggulah di luar Mekkah untuk melawan saya!" Kata-kata itu diucapkan di setiap perkumpulan orang kafir." Dan tiada seorang pun yang berani menyambuttantanganUmarra. tersebut. (Asadul Ghobah)

11. Kisah Perang Mu'tah

Dalam rangka mendakwahkan Islam, Rasulullah saw. biasa mengirim surat ajakan kepada raja-raja. Salah satunya, ditujukan kepada Raja Bushra melalui Harits bin Umair ra.. Ketika sampai di Mu'tah, Harits telah dibunuh oleh Syarahbil Ghassani, salah seorang gubernur kaisar. Membunuh utusan, menurut aturan siapapun, adalah suatu kesalahan besar, sehingga Rasulullah saw. sangat marah atas peristiwa ini. Beliau segera menyiapkan 3000 orang pasukan, dan memilih Zaid bin Haritsah ra. sebagai panglimanya. Kemudian Nabi saw. berpesan, "Jika Zaid syahid, angkatlah Ja'far bin Abi Thalib ra. sebagai pemimpin. Jika ia juga syahid, maka angkatlah Abdullah bin Rawahah ra. sebagai pimpinan. Jika ia pun syahid, maka terserah kaum Muslimin untuk memilih pemimpinnya." Seorang Yahudi, ketika mendengar ucapan ini berkata, "Ketiga orang yang ditunjuk itu, pasti akan mati syahid. Nabi-nabi dahulu pun berkata demikian."
Kemudian Nabi saw. memberikan bendera putih kepada Zaid bin Haritsah ra., dan beliau sendiri ikut mengantar serta melepas rombongan tersebut. Di perbatasan kota, ketika para pengantar akan kembali, Nabi saw. berdo'a, "Semoga Allah mengembalikan kalian dengan keselamatan dan kemenangan, serta dijauhkan dari segala keburukan." Do'a Rasulullah saw. ini dijawab oleh Abdullah bin Rawahah ra. dengan tigabait yang maksudnya:
Saya agar engkau meminta ampunan dari Tuhanmu atas dosa-dosaku
Sedangkan kami menginginkan sebuah pedang yang akan
memutuskan pembuluh-pembuluh darahku
atau sebilah tombakyang akan menusuk lambung dan hatiku;


Dan jika kelak orang-orang melawat kuburan kami, mereka akan berkata:
Semoga Allah memberipetunjuk dan kejayaan atas pertempuranmu
Kalian betul-betul telah mendapat petunjuk dan kejayaan.
Setelah itu, berangkatlah pasukan tersebut.
Syarahbil Ghassani pun mendengar keberangkatan pasukan itu, lalu dia menyiapkan 100.000 tentara untuk melawannya. Terdengar pula berita bahwa Hiraklius, kaisar Ruum telah mengirim 100.000 tentaranya. Dengan jumlah musuh yang begitu banyak, sebagian sahabat menjadi ragu, apakah meneruskan bertempur atau memberitahu Rasulullah saw.. Abdullah bin Rawahah ra. berkata, "Hai sahabat-sahabatku, apa yang kalian takuti? Untuk apa kalian keluar meninggalkan rumah? Maksud kalian adalah untuk syahid. Kita adalah orang-orang yang tidak terpengaruh oleh kekuatan atau jumlah orang. Kita hanya berperang untuk agama, agar Allah swt. memuliakan kita. Majulah! Setidaknya dua kemenangan pasti kita dapatkan, mati syahid atau kemenangan." Mendengar kata-kata tersebut, semangat kaum Muslimin bangkit. Mereka maju terus, sehingga sampai di Mu'tah. Dan terjadilah pertempuran antara kedua pasukan itu.
Bendera dibawa oleh Zaid bin Haritsah ra.. Ia menyerang di medan pertempuran sampai ke Ghamsan (salah satu wilayah Mu'tah). Saat itu, saudara Syarahbil telah terbunuh, dan kawan-kawannya telah melarikan diri. Syarahbil pun lari ke sebuah benteng dan bersembunyi di dalamnya. Kaisar Hiraklius mengirimkan lagi pasukan bantuan sebanyak 200.000 tentara, sehingga pertempuran bertambah seru. Akhirnya, Zaid ra. mati syahid. Bendera kaum Muslimin diambil alih oleh Ja' far bin Abi Thalib ra..
Lalu ia memotong kaki kudanya, agar dirinya tidak berpikir untuk pulang ke rumah. Sambil menyerang musuh, ia membaca beberapa syair yang artiny a:
'Hai manusia, apalagiyang lebih indah daripada surga itu
Surga sudah begitu dekat
Betapa indahnya ia, betapasejukairnya
Telah dekat saat siksa bagi orang-orang Ruum
Dan saya wajib untuk membunuhnya'
Ia menghunus pedangnya dan menerobos ke medan pertempuran melawan orang-orang kafir. Karena ia adalah pimpinan pasukan, maka bendera tetap di tangannya. Pada mulanya, bendera itu dipegang tangan kanannya, tetapi seorang kafir telah memenggal tangan kanannya. Bendera itu langsung ia raih dengan tangan kirinya, tetapi si kafir itu pun kembali memotong tangan kirinya. Ia segera mendekap bendera itu di dadanya dengan sisa-sisa lengannya sambil digigitnya. Kemudian, seorang kafir lainnya menebaskan pedang dari arah belakang, sehingga tubuhnya terpotong dua. Ia rubuh syahid ke tanah. Pada saat itu, Ja'far bin Abi Thalib baru berumur 33 tahun. Abdullah bin Umar ra. berkata, "Setelah wafatnya, ketika mayat itu diangkat, di bagian depan tubuhnya terdapat sembilan puluh luka."
Kemudian orang-orang memanggil Abdullah bin Rawahah ra.. Ketika itu, Abdullah bin Rawahah ra. sedang makan sekerat daging di sebuah sudut, bersama beberapa orang sahabat, karena sudah tiga hari tidak makan apapun. Mendengar ada yang memanggilnya, ia lemparkan daging itu, sambil memarahi dirinya, "Hai lihatlah, Ja'far telah mati syahid sedangkan kamu masih sibuk dengan dunia." Ia menyerang dan mengambil bendera kaum Muslimin. Jari tangannya terluka dan terkulai hampir putus. Kemudian jari itu ia injak dengan kakinya, lalu tangan itu ditariknya, sehingga terpotonglah jarinya. Ia buang jari yang sudah terputus itu, lalu maju ke medan tempur. Dalam keadaan demikian, datanglah keraguan di hatinya, karena melihat kekuatan musuh yang besar. Tetapi, hanya sekilas pikiran itu terlintas dalam hatinya. Ia segera berkata pada dirinya sendiri, "Wahai hati, apa yang masih kamu rindukan sehingga ragu? Istrikah? Ia sudah saya talak tiga. Atau budak sahaya? Semuanya telah dimerdekakan. Atau kebun? Itu pun telah disedekahkan di jalan Allah swt.." Setelah itu, ia membaca syair, yang artinya:
Demi Allah Wahai hati, kamu harus turun Meskipun dengan senang, ataupun dengan berat hati Kamu pernah menjalani hidup dengan ketenangan selama beberapa lama.
Berpikirlah, pada hakekatnya kamu berasal dari setetes air mani
Lihatlah orang-orang kafir telah menyerang Kaum Muslimin. Mengapa kamu tidak mencintai surga Jika kamu tidak mati sekarang, suatu saat nanti, akhirnya kamu akan matijuga
Setelah itu, ia turun dari kudanya. Dan datang sepupunya, memberinya sekerat daging karena sudah berhari-hari ia tidak makan, sambil berkata, "Makanlah ini untuk meluruskan tulang punggungmu!" Baru saja ia akan memakan daging itu, terdengar suara kekalahan. Akhirnya, ia lemparkan daging itu dan segera menghunus pedangnya, terjun ke kancah pertempuran. Ia terus bertempur hingga mati syahid. (Khamis)
Faedah:
Inilah suatu teladan kehidupan para sahabat ra.. Setiap kejadian mereka, memberikan pelajaran ketidakcintaan terhadap dunia dan kecintaan terhadap akherat. Kita tidak perlu meragukan lagi tentang para sahabat ra.. Bahkan para tabiin rah.a. pun banyak yang memiliki sifat tersebut.
Sebagai penutup bab ini, saya akan menceritakan sebuah kisah yang bercorak lain. Dimana kita tentu telah mengetahui, bagaimana keberanian mereka dalam melawan musuh. Sekarang mari kita perhatikan bagaimana sifat mereka di depan para penguasa. Rasulullah saw. bersabda, "Jihadyangpaling utama ialah menyampaikan kalimat hak kepada raja yang zhalim. "
Kisah Perbincangan Said Bin Jubair ra. Dengan Hajjaj Bin Yusuf
Hajjaj bin Yusuf adalah seorang gubernur yang terkenal dengan kezhalimannya. Walaupun pada masa kekuasaannya, dengan kezhalimannya ia turut menyebarkan agama, tetapi jika dibandingkan dengan pemimpin yang adil dan beragama, ia termasuk pemimpin yang paling zhalim. Oleh karena itu, orang-orang sangat berhati-hati terhadapnya.
Sa'id bin Jubair rah.a. dan Ibnu Asy'ats telah bersekutu menentang Hajjaj bin Yusuf. Hajjaj bin Yusuf adalah gubernur Raja Abdul Malik bin Marwan. Dan Sa'id bin Jubair adalah seorang tabiin dan ulama besar yang termasyhur. Orang-orang pemerintahan, terutama Hajjaj sangat membenci dan memusuhinya karena perlawanan yang selalu ia lakukan. Sehingga terjadilah permusuhan diantara keduanya. Hajjaj berhasil mengalahkannya, tetapi, Sa'id berhasil pergi ke Mekkah dengan diam-diam. Akhirnya, pihak pemerintahan mengutus seseorang untuk menjadi hakim di Mekkah. Dan hakim yang sebelumnya dipanggil oleh Hajjaj. Hakim yang baru itu membacakan khutbah di hadapan orang-orang sambil membacakan perintah Hajjaj, bahwa barangsiapa melindungi Sa'id bin Jubair, maka ia dalam bahaya. Hakim itu sendiri bersumpah, bahwa jika ia menjumpai Sa'id bin Jubair di rumah seseorang, maka pemilik rumah itu wajib dibunuh, bahkan tetangganya yang mengetahui hai itu tetapi menyembunyikannya, juga akan dihukum.