MEMOHON PERTOLONGAN KEPADA ALLAH AZZA WA JALLA
Seandainya seorang hamba Allah mendapatkan kesulitan dalam hidupnya, pertama ia harus berusaha mengatasinya dengan daya dan upayanya sendiri. Jika tak mampu mengatasi kesulitannya sendiri, hendaknya ia meminta pertolongan kepada sesamanya, misalnya kepada pejabat, hartawan, dan penguasa lainnya, atau tetangganya. Jika ia sakit hendaknya pergi ke tabib (dokter). Apbila masih juga tak berhasil, pertolongan terakhir yang diharapkan hendaknya kepada Khaliq-nya (Allah SWT.), Tuhan Yang Maha Besar lagi Mahakuasa. Caranya ialah dengan memanjatkan do’a dengan diiringi kerendahan hati serta puji-pujian untuk-Nya.
Apabila pertolongan itu tiada kunjung datang dari Allah, jangan berputus asa. Ia harus menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, memuji dan memohon dengan penuh harap dan cemas. Apabila Allah tidak kunjung mengabulkan permohonannya dan doanya, ia harus meninggalkan segala yang berurusan dengan duniawi. Kemudian ia mencurahkan segala-galanya untuk kepentingan rohaninya (kepentingan akhirat).
Pada tingkatan ini, ia akan merasakan atau melihat dengan mata batinnya atas kehendak Allah. Dan, disampailah ia kepada keesaan-Nya dan kekuasaan-Nya.
Pada tahap ini ia akan menduduki haqqul yaqin (keyakinan yang hak/tinggi). Keyakinan tentang apakah itu?
Keyakinan yang dimaksudkan ialah tentang hakikat bahwa segala sesuatu itu tiada yang menggerakkannya, kecuali Allah, tiada yang menghentikan, kecuali Allah SWT. Tiada kekayaan dan kemiskinan, kecuali Allah menghendakinya. Dihadapan Allah, seseorang bagaikan bayi di tangan seorang bidan atau mayat yang dimandikan, atau bola di kaki pemainnya. Tak kuasa apa pun, kecuali kehendak Allah SWT. Dengan demikian, ia tak akan melihat, kecuali hanya kepada Allah. Tak mendengar, kecuali hanya kepada Allah; jika mendapat sesuatu menyenangkan atau menyedihkan diyakini semata karena Allah belaka. Jika mendengarkan sesuatu, yang didengar adalah firman-Nya. Ia menjadi mulia, rida atas segala yang dijumpainya. Ia merasa puas atas segala yang menimpanya, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Akhirnya, ia rindu selalu kepada Allah, ingin terus memuji dan berzikir. Segala sesuatu dalam hidupnya bertumpu kepada Allah semata. Ia mendapatkan nur dari Allah karena ilmu Allah itu sendiri. Ia dimuliakan karena ilmu Allah juga. Dengan begitu, senantiasa puji dan syukur tercurahkan kepada Allah Yang Mahakuasa saja.