GERAKAN TERHADAP MADINAH

Sejarah Kulafaur Rasyidin

GERAKAN TERHADAP MADINAH


Ancaman terhadap Madinah


Pasukan Usamah ibn Zaid telah berangkat ke Utara. Suku-suku besar bangsa Arab yang mendiami wilayah bagian tengah Arab ia telah melibatkan diri dalam gerakan Riddat itu sewaktu terberita Nabi Besar Muhammad jatuh sakit; dan sewaktu ter-berita kemangkatan Nabi Muhammad maka sikap mereka itu lebih agressip hingga pejabat-pejabat setempat, yang ditunjuk dan diangkat Nabi Besar Muhammad untuk wilayah setiap suku-besar itu terpaksa pulang ke Madinah, dan melaporkan perikea-daan pada setiap wilayah itu kepada Khalif Abubakar. Suku-suku besar itu mendiami wilayah yang bagaikan melingkari Madinah.

Penduduk yang masih tinggal di Madinah mulai menaruh kuatir, terutama perempuan-perempuan yang ditinggalkan suami dan anak-anak yang ditinggalkan bapanya.

Khalif Abubakar segera mengambil tindakan beijaga-jaga. Penduduk yang masih tinggal itu, terutama perempuan-perempuan dan anak-anak, diungsikan untuk berdiam sekitar Masjid Nabawi. Dikuatirkan untuk terjadi penyerbuan secara mendadak. Sedangkan Ali- ibn Abithalib dan Zubair ibn Awwam dan Abdullah ibn Mas’ud diangkat mengepalai regu-regu pengawalan pada setiap malam.

Gerakan Thulaihah Al Asadi

Di dalam lingkungan sukubesar Asad pada bagian tengah Arabia itu maju ke depan seorang tokoh, Thulaihah ibn Khu-wailid Al Asadi. Dia itu tahadinya seorang datu (dukun-sihir) sebelum memeluk Islam. Sewaktu terberita Nabi Besar Muhammad jatuh sakit .maka iapun maju ke depan di dalam lingkungan sukubesar itu dan mengaku dirinya seorang Nabi.

Ia menghapuskan kemestian sujud pada setiap Shalat. Kepala dan wajah itu diciptakan Tuhan bukan untuk dihinakan mencium bumi lima kali dalam sehari semalam. Selanjutnya menghapuskan kewajiban Zakat bagi setiap orang yang terpandang hartawan. > Ia cepat beroleh pengikut dalam lingkungan Awwam sukubesar Asad itu.

Seorang tokoh terkemuka dalam lingkungan sukubesar Ghatfan, Uyain-ah ibn Hashan, mengungkapkan pendiriannya : ’’Seorang Nabi dari sekutu kita itu lebih baik daripada seorang Nabi dari sukubesar Kurais.” Thulaihah dengan begitu lantas beroleh pengikut yang luas dalam lingkungan sukubesar Ghatfan. Lambat-laun meluas pengikutnya dalam lingkungan sukubesar Thai, sukubesar Fezara, dan lain-lain sukubesar dalam wilayah bagian Tengah itu.

Thulaihah ibn Khuwailid Al Asadi itu dengan diiringkan pengawalnya datang pada akhirnya ke Madinah Al Munawwarah untuk menjumpai Khalif Abubakar. Ia menuntut supaya diakui kenabiannya dan menuntut supaya diakui ajarannya. Itulah syarat yang diajukannya untuk hidup berdampingan secara damai.

Perundingan antara Khalif Abubakar dengan Umar ibn Khattab dan tokoh-tokoh Al Shahabi lainnya, yang masih tinggal di Madinah, berlangsung dengan sangat serius sekali. Ada pihak yang menganjurkan sikap lunak menjelang pasukan Usamah ibn Zaid pulang kembali dengan jalan menerima-persyaratan damai itu. Tetapi Khalif Abubakar mengambil pendirian tegas bahwa syariat Islam, yang diwariskan Nabi Besar Muhammad itu, tidak bisa ditawar-tawar. Allah menjanjikan bantuan-Nya kepada kaum Mukmin yang tabah dalam setiap perikeadaan yang terjepit. Abubakar percaya sepenuh-penuhnya kepada janji Allah itu. (Surah Al Anfal ayat 65 dan Surah Al Anfal ayat 9). Allah memestikan seorang Mukmin harus sanggup menghadapi sepuluh lawan.

Serangan terhadap pasukan Thulaihah

Thulaihah dengan pengiringnya itu pulang dengan gagal. Sebetulnya dia telah mempersiapkan, pasukannya pada perbatasan wilayah Madinah. Khalif Abubakar tidak menyia-nyiakan tempo. Pada malam itu juga, sepulang perutusan Thulaihah itu, iapun membentuk suatu pasukan yang langsung berada di bawah pimpinannya.

Tokoh-tokoh Al Shahabi mencegahnya untuk ikut dalam pasukan itu. Semuanya bermohon supaya ia tetap tinggal di Madinah. Jikalau seorang panglima gugur maka ia akan dapat menunjuk panglima lainnya. Tetapi jikalau ia gugur maka akibatnya akan bukan kecil. Tetapi Khalif Abubakar telah bertekad untuk langsung memimpin pasukan tersebut. Usianya yang telah lanjut tidak merupakan alasan baginya untuk membenarkan permohonan tersebut.

Pasukan itu pada malam itu berangkat untuk melakukan serangan mendadak mendahului lawan. Sayap kanan dipimpin oleh Nukman ibn Muqarran dan sayap kiri dipimpin oleh Abdullah ibn Muqarran dan sayap tengah dipimpin oleh Suwaid ibn Muqarran. Pasukan cadangan langsung dipimpin oleh Khalif Abubakar.

Menjelang.fajar mendadak, pada suatu dataran tinggi, berhadapan dengan perkemahan pasukan lawan, pecahlah pertempuran yang teramat sengit. Pasukan Thulaihah itu pada akhirnya kucar-kacir dan meluputkan diri dan dikejar terus menerus sampai kepada suatu tempat, bernama Zul-Qisha, sebuah waha subur yang sudah jauh masuk ke dalam daerah kediaman sukubesar Ghatfan, terletak belasan mil dari Madinah.

Itulah kemenangan pertama pada masa pemerintahan Khalif Abubakar. Suatu pasukan ditempatkan di situ di bawah pimpinan Nukman ibij Muqarran. Kemenangan itu pada hakikatnya kecil akan tetapi efeknya sangat besar terhadap suku-suku Arab yang tengah melibatkan dirinya dalam gerakan Riddat. Selanjutnya menciptakan suasana adem-pauze yang melegakan bagi penduduk Madinah.

Menghadapi gerakan Riddat

Empatpuluh hari kemudian datanglah kembali pasukan Usamah ibn Zaid dalam keadaan utuh sambil membawa harta rampasan perang Kelegaan makin memuncak di ibukota Madinah Al Munawwarah.

Sementara itu gerakan Riddat itu telah makin meluas di semenanjung Arabia. Wilayah bagian selatan A rabia, yang tahadi-nya kekuasaan Islam telah pulih kembali setelah kematian Aswad Al Insa, berbalik belot-Agama itu meluas kembali setelah terbe-rita kemangkatan Nabi Besar Muhammad. Kecuali dalam wilayah Yaman maka gerakan Riddat itupun meluas ke dalam wilayfh Hadramaut dan wilayah Mahra dan wilayah Oman. Kelompok-kelompok Mukmin yang masih teguh keimanannya terpaksa menyingkir dan bertahan, bagi keselamatan dirinya, pada daerah-daerah pegunungan menjelang datang balabantuan dari Madinah.

Pasukan besar yang baharu datang itu diberi kesempatan istirahat beberapa waktu lamanya. Kemudian Khalif Abubakar membentuk sebelas pasukan dan menyerahkan Al Liwak (panji Pasukan) kepada satu persatunya. Panglima setiap pasukan beserta wilayah yang menjadi tujuan bagi satu persatunya, tercatat sebagai berikut :
  1. Khalid ibn Walid, ditugaskan menghadapi Thulaihah ibn Khuwailid dan jikalau selesai haruslah maju menghadapi Malik ibn Nuwairah dalam wilayah tengah bernama Al Batthah.
  2. Ikramah ibn Amru ibn Hisyam, yakni putera Abu Jahal itu, ditugaskan menghadapi Musailamah dalam wilayah bani Hanifah pada pesisir timur Arabia, bagian dari wilayah Yamamah.
  3. Muhajir ibn Abi-Umayyah ditugaskan menghadapi sisa-sisa pasukan Aswad Al Insa dan membantu kaum Peranakan (Al Abnak) menghadapi gerakan Kais ibn Maksyuh dan sehabis itu maju ke dalam wilayah Kindah dan Hadramaut.
  4. Khalid ibn Said ditugaskan menghadapi suku-suku besar bangsa Arab dalam wilayah tengah bagian utara, sampai perbatasan Syria dan Irak.
  5. Amru ibn Ash ditugaskan menghadapi sukubesar Qu-dha’ah dan sukubesar Wadi’ah dalam wilayah utara bagian barat-laut.
  6. Huzaifah ibn Muhsin Al Ghalfahi ditugaskan menghadapi penduduk wilayah Daba pada pesisir tenggara Arabia.
  7. Arfajah ibn Hartsamah ditugaskan menghadapi gerakan Riddat dalam wilayah Mahra dan wilayah Oman pada pesisir selatan Arabia.
  8. Sarhabil ibn Hasanah ditugaskan mengikuti jejak Panglima Ikramah ibn Hisyam, sebagai pasukan cadangan, dan bilamana selesai haruslah maju ke dalam wilayah-Yamamah.
  9. Maan ibn Hajiz ditugaskan menghadapi sukubesar Sa-lim dan sukubesar Hawazin di dalam wilayah sekitar Taif.
  10. Suwaid ibn Muqarran ditugaskan menghadapi kaum Riddat di dalam wilayah Tihamah sepanjang pesisir Laut Merah.(11).Ailak ibn Muqarran ditugaskan menghadapi kaum Riddat dalam wilayah Bahrain.
Itulah susunan pasukan yang harus berangkat dari ibukota Madinah. Sedangkan Umar ibn Khattab dan Ali ibn Abithalib dan Zubair ibn Awwam ditugaskan mengepalai regu-regu pertahanan Ibukota, dan Utsman ibn Affan mendampingi Khalif Abubakar sebagai penasihat.

Setiap pasukan itu dibekali alMansyurut (Pengumuman) yang harus disampaikan kepada suku-suku Arab yang melibatkan dirinya dalam gerakan Riddat. Isi al-Mansyurat itu panjang. Kandungan isinya memanggil kembali kepada Jalan yang Benar. Jikalau masih berkeras kepala maka baharulah dihadapi dengan kekerasan.

Selanjutnya Khalif Abubakar menyerahkan selembar Surat Janji (al-’Ahdu) kepada setiap Panglima Pasukan, berisikan

Amanat Perang, yang mengaturkan tatatertib dan disiplin ketentaraan. Setiap kitab-kitab tarikh tertua memungutnya dengan lengkap, termasuk Tarikh Al Thabari, akan tetapi kami di sini cuma sekedar menjelaskan kandungan isinya yang paling pokok seperti di atas itu.