Kealiman dan Semangat Menuntut Ilmu

KEALIMAN DAN SEMANGAT MENUNTUT ILMU

Kalimat tauhid adalah dasar agama, dan asas segala kesempurnaan. Tanpa tauhid, seluruh amalan akan tertolak. Oleh karena itu, terutama pada masa permulaan Islam, para sahabat lebih banyak bersungguh-sungguh untuk mendakwahkan kalimat tauhid ini dan menyibukkan diri dalam berjihad melawan orang-orang kafir. Sehingga mereka belum sempat mencurahkan perhatian secara khusus terhadap ilmu. Walaupun demikian, semangat, gairah, serta kesungguhan mereka, telah menghasilkan inti-inti ilmu Al-Qur'an dan hadits, yang masih terpelihara walaupun telah 1.400 tahun berlalu. Ini adalah suatu bukti yang jelas.
Setelah jaman permulaan Islam berlalu, ketika datang kemudahan pada mereka dan ketika bertambah jamaah-jamaah untuk berdakwah, turunlah ayat:

"Tidak sepatutnya bagi orang-orang beriman itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya ketika mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. "(At-Taubah: 122)

Abdullah bin Abbas berkata bahwa ayat:
Berangkatlah kamu dalam keadaan ringan atau berat dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah." (At-Taubah: 41)
"Jika kamu tidak berangkat untuk berperang niscaya Allah akan menyiksamu dengan siksa yang pedih. "(At-Taubah: 39)

Telah diketahui bahwa ayat 122, surat At-Taubah di atas, telah memansukhkan ayat 39 dan ayat 41. Allah swt. telah mengaruniakan kepada para sahabat ra. kesatuan jemaah, yang pada saat itu sangatlah penting. Selain dari itu, ada satu jemaah kecil yang mempelajari seluruh ajaran agama. Pada jaman tabi'in, Islam telah tersebar luas, dan menjadi suatu jemaah yang besar dan kesatuan yang kokoh. Karena pada diri tabi'in tidak terdapat seperti pada diri sahabat ra., maka Allah swt. telah menghidupkan orang-orang yang khusus mempelajari bidang-bidang agama. Terdapat para muhadditsin, yaitu jemaah khusus yang menyusun hadits-hadits dan menyebarkannya. Ada para fuqaha, yaitu para ahli fiqih, ahli-ahli sufi, ahli quro, dan para mujahidin. Hal itu sangat sesuai dan penting ketika itu. Jika tidak demikian sangatlah sulit untuk mencapai kemajuan dan kesempurnaan dalam setiap bidang agama. Allah swt. hanya memberikan kemampuan tersebut kepada Anbiya as. saja, khususnya kepada Rasulullah saw.. Oleh karena itu, selain kisah-kisah sahabat, juga dinukilkan dalam bab ini kisah-kisah tokoh lainnya.