Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Barangsiapa menerima dan mengamalkan ajaran Rasulullah SAW. yang termaktub dalam blog wasiat ini, akan mendapat kemenangan dan keberuntungan baik di dunia maupun di akhirat. Karena Wasiat yang ada di dalam blog ini merupakan salah satu sebab dari sekian banyak faktor yang dapat menunjang para pembaca untuk mencapai keuntungan dan kemenangan di dunia dan akhirat.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemeterlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka, dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. (Yaitu) orang-orang yang mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh derajat tinggi di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. (Q.s. Al-Anfaal: 2-4).
Dari Jabir r.a, ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda kepada kami :
"Wahai manusia, bertobatlah engkau kepada Allah sebelum meninggal, bersegeralah mengerjakan amal-amal yang baik sebelum engkau sibuk, lakukanlah hubungan vertikal dengan Tuhanmu, dengan cara memperbanyak dzikir terhadap-Nya dan memperbanyak sedekah secara sembunyi-sembunyi. Niscaya engkau akan dianugerahi rezeki yang melimpah, mendapat pertolongan dan akan mendapat ganti."(H.r. Ibnu Majah).
Perkuat Tali Persaudaraan di Bawah Panji Islam
Barangsiapa menerima dan mengamalkan ajaran Rasulullah SAW. yang termaktub dalam blog wasiat ini, akan mendapat kemenangan dan keberuntungan baik di dunia maupun di akhirat. Karena Wasiat yang ada di dalam blog ini merupakan salah satu sebab dari sekian banyak faktor yang dapat menunjang para pembaca untuk mencapai keuntungan dan kemenangan di dunia dan akhirat.
Para Pembaca Blog Setia Kami
Apabila Anda termasuk orang yang beriman dan mengamalkan perbuatan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, pada akhirnya anda akan mendapatkan kemenangan yang gilang gemilang, sebagai mana yang beliau isyaratkan yang akan di paparkan di akhir blog ini (Wasiat Rasulullah SAW. Tentang Tobat). Semoga Allah memberikan saya dan Anda semua Rahmat dan Karunia-Nya.
Rasulullah saw. mewasiatkan atau menganjurkan kepada kita semua sebagai umatnya untuk selalu senantiasa bertobat kehadirat-Nya. agar waktu yang kita yang sempit dan berharga ini tidak berlalu sia-sia.Hal itu di karenakan, kita tidak akan terlepas dari sifat tamak dan lalai yang senantiasa aktif menggerogoti dan menggiring kita untuk bersenang-senang.
Demikianlah fenomena eksistensi kita dalam kehidupan ini. Hal tersebut merupakan fakta, bahwa Rasulullah SAW. memang menghendaki agar kita menjadi ummat yang beriman. Dan ini diperkuat dengan firman Allah SWT. dalam Al-Qur'an, "Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah SWT. Wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu sekalian beruntung." (Q.s. An-Nur: 31).
Pendapat Para Pakar Tentang Tobat
- Dzu Nun Al-Mishry berpendapat: "Hakikat tobat itu adalah menjadikan dunia yang luas ini sempit bagimu, sehingga engkau tidak mempunyai pilihan lain kecuali menjadikan dirimu terasa sempit bagi dirimu sendiri, sebagaimana yang dilakukan Allah terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan tobatnya), yakni: Ka'ab bin Malik, Mararah bin Ar-Rabi' dan Hillal bin Umayyah, ketika mereka bersumpah pada peristiwa perang Tabuk. Pada saat itu Rasulullah saw. beserta kaum Muslimin meninggalkan mereka selama 50 hari, kemudian mereka bertiga sadar dan bertobat. Allah berfirman, "Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan tobatnya), hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas, dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa oleh mereka. ..." (Q.s At-Taubah: 118).
Orang yang bertobat selalu merasakan duka cita yang berkepanjangan, menyesali perbuatan-perbuatan buruk yang diperbuatnya, selalu tertimpa bencana (kesengsaraan) dan badannya kurus kering."
- Al-Junaid berpendapat: Tobat itu terdiri dari tiga rukun:
1. Menyesali perbuatn-perbuatan keji yang telah lalu.
2. Berusaha memenuhi hak-hak yang diwajibkan Allah SWT. Serta memenuhi hak-hak manusia lainnya.
3. Bertekad memenuhi segala kewajiban serta berdoa untuk dapat mengantisipasi perbuatan-perbuatan keji yang lalu agar tidak terulang.
- Suhail bin Abdillah berpendapat: "Tobat ialah mengubah atau mengganti tingkah laku (perbutan) tercela dengan yang terpuji. Hal itu tidak mungkin dapat terlaksana, kecuali dengan mengosongkan jiwa dari urusan-urusan dunia, uzlah atau iktikaf dan memakan makanan yang halal."
Dikatakan, bahwa tobat pada mulanya ialah suatu kesadaran yang timbul di dalam hati tentang wujud Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa atas segala sesuatu. Pada suasana demikian sang hamba akan teringat kembali akan kecerobohan , kekejian dan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya. Tentu saja perbuatan-perbuatan di atas bertentangan dengan nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepadanya. Karenanya, ia sadar bahwa dosa itu merupakan racun mematikan yang tidak dapat dipisahkan dari hal-hal makhruh serta yang di cintai, baik di dunia dan akhirat. Jika ilmu ini dapat dicapai, maka akan menimbulkan suatu kondisi atau keadaan, yakni menyesali diri karena telah menghilangkan keberadaan Allah SWT. kemudian penyesalan itu akan membuahkan suatu amalan atau perbuatan, yakni melaksanakan kebaikan, kewajiban mengantisipasi kezaliman serta bertekad memperbaiki kezaliman serta memperbaiki amalnya di masa yang akan datang. Jika ketiga hal tersebut di atas dapat dilaksanakan dengan baik, maka itulah yang disebut dengan "tobat".
Demikianlah fenomena eksistensi kita dalam kehidupan ini. Hal tersebut merupakan fakta, bahwa Rasulullah SAW. memang menghendaki agar kita menjadi ummat yang beriman. Dan ini diperkuat dengan firman Allah SWT. dalam Al-Qur'an, "Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah SWT. Wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu sekalian beruntung." (Q.s. An-Nur: 31).
Pendapat Para Pakar Tentang Tobat
- Dzu Nun Al-Mishry berpendapat: "Hakikat tobat itu adalah menjadikan dunia yang luas ini sempit bagimu, sehingga engkau tidak mempunyai pilihan lain kecuali menjadikan dirimu terasa sempit bagi dirimu sendiri, sebagaimana yang dilakukan Allah terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan tobatnya), yakni: Ka'ab bin Malik, Mararah bin Ar-Rabi' dan Hillal bin Umayyah, ketika mereka bersumpah pada peristiwa perang Tabuk. Pada saat itu Rasulullah saw. beserta kaum Muslimin meninggalkan mereka selama 50 hari, kemudian mereka bertiga sadar dan bertobat. Allah berfirman, "Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan tobatnya), hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas, dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa oleh mereka. ..." (Q.s At-Taubah: 118).
Orang yang bertobat selalu merasakan duka cita yang berkepanjangan, menyesali perbuatan-perbuatan buruk yang diperbuatnya, selalu tertimpa bencana (kesengsaraan) dan badannya kurus kering."
- Al-Junaid berpendapat: Tobat itu terdiri dari tiga rukun:
1. Menyesali perbuatn-perbuatan keji yang telah lalu.
2. Berusaha memenuhi hak-hak yang diwajibkan Allah SWT. Serta memenuhi hak-hak manusia lainnya.
3. Bertekad memenuhi segala kewajiban serta berdoa untuk dapat mengantisipasi perbuatan-perbuatan keji yang lalu agar tidak terulang.
- Suhail bin Abdillah berpendapat: "Tobat ialah mengubah atau mengganti tingkah laku (perbutan) tercela dengan yang terpuji. Hal itu tidak mungkin dapat terlaksana, kecuali dengan mengosongkan jiwa dari urusan-urusan dunia, uzlah atau iktikaf dan memakan makanan yang halal."
Dikatakan, bahwa tobat pada mulanya ialah suatu kesadaran yang timbul di dalam hati tentang wujud Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa atas segala sesuatu. Pada suasana demikian sang hamba akan teringat kembali akan kecerobohan , kekejian dan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya. Tentu saja perbuatan-perbuatan di atas bertentangan dengan nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepadanya. Karenanya, ia sadar bahwa dosa itu merupakan racun mematikan yang tidak dapat dipisahkan dari hal-hal makhruh serta yang di cintai, baik di dunia dan akhirat. Jika ilmu ini dapat dicapai, maka akan menimbulkan suatu kondisi atau keadaan, yakni menyesali diri karena telah menghilangkan keberadaan Allah SWT. kemudian penyesalan itu akan membuahkan suatu amalan atau perbuatan, yakni melaksanakan kebaikan, kewajiban mengantisipasi kezaliman serta bertekad memperbaiki kezaliman serta memperbaiki amalnya di masa yang akan datang. Jika ketiga hal tersebut di atas dapat dilaksanakan dengan baik, maka itulah yang disebut dengan "tobat".