Jauhilah sekuat dayamu dan rohmu terhadap sifat pembangkang kepada Allah Yang Mahamulia dan Agung itu. Bertumpulah sekuat dayamu untuk mematuhi-Nya dengan doa dan tobatmu, menunjukkan kebutuhanmu atas kepatuhan dan kerendahan hatimu, dan dengan penuh khusyuk. Jangan mengikuti nafsu hewanimu selagi engkau bertawadu. Jangan pula engkau mengharapkan balasan duniawi atas doa yang kau lakukan, jangan pula ukhrawi, dan jangan pula mengharapkan maqam yang lebih tinggi.
Renungkanlah dengan rohmu yang suci bahwa sesungguhnya engkau adalah hamba-Nya. Seorang hamba dan segala yang dimilikinya adalah milik tuannya. Dengan begitu, engkau tidak akan dapat mengakui segala apa pun, baik yang kau miliki maupun yang melekat pada dirimu karena semua itu milik Allah SWT.
Jangan sekali-kali engkau menyalahkan Tuhanmu, tetapi berperilakulah dengan baik dan terpuji. Sebab, segala sesuatu berjalan atas ketentuan-Nya. Jangan coba-coba menyalahkan ketentuan-Nya itu. Segala yang dimajukan, tak sedikit pun dapat dimundurkan. Segala yang dimundurkan, tak sejengkal pun dapat dimajukan oleh makhluk-Nya. Begitulah Allah SWT. berkehendak atas keinginan-Nya sendiri terhadap dirimu dan segala keadaanmu.
Allah SWT. juga berkuasa menganugerahkan tempat tinggal yang kekal di akhirat. Sekaligus menjadikan dirimu sebagai pemilik akhirat itu. Ia akan menganugerahkan pula kepadamu karunia-karunia yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak mampu didengar telinga, dan tidak satu pun hati manusia dapat merasakannya, kecuali roh hamba yang beriman. Allah SWT. berfirman.
Artinya:
"Tak satu jiwa pun yang mengetahui segala yang disembunyikan bagi mereka, yaitu yang akan menyejukkan pandangan, sebagai balasan atas yang mereka perbuat."
(Q.S. As-Sajdah [32]: 17)
Balasan yang dimaksudkan ialah karena kepatuhanmu dan kepasrahanmu kepada Allah SWT. dalam segala hal dan dalam segala keadaan.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas (yang Allah telah menganugerahkan masalah duniawi, menjadikannya pemiliknya, merahmatinya, dan melimpahkan karunia-Nya), Dia melakukan itu lantaran keimanan seseorang bagaikan padang tandus yang di dalamnya tidak ada air, pohon, tetumbuhan, dan buah-buahan. Lalu ditebarkan-Nya pupuk serta segala yang berkenaan dengan itu, untuk menumbuhkan pepohonan. Inilah dunia dan segala isinya, untuk menjaga segala yang ditumbuhkan-Nya di dalamnya berupa pohon iman dan tanaman amal.
Seandainya hal itu pupus, tanah, tetumbuhan, dan pepohonan menjadi kering. Buahnya jatuh dan seluruh kampung menjadi sunyi. ==> Keimanan Yang Kuat kepada-Nya==>