Wasiat Dari Raja Para Wali

Wasiat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Melaksanakan Perintah Allah, Menjauhi Larangan-Nya, dan rida atas ketentuan-Nya

Tiga hal yang harus dimiliki dan diamalkan oleh setiap mukmin dalam ruang dan waktu, yaitu :
  1. Menjaga dan melaksanakan perintah-perintah Allah dengan tulus dan ikhlas;
  2. Menghindarkan diri dari segala yang haram baik nyata maupun samar; 
  3. Rida menerima takdir Allah Yang Maha Kuasa.

Dengan demikian, minimal seseorang yang beriman harus memiliki tiga hal sebagaimana tersebut diatas dan harus diusahakan untuk dapat mendarah daging dalam tubuhnya. Ia harus mengikat diri kepada tiga hal ke mana dan di mana dia berada serta dalam keadaan bagaimana pun.

Mengikuti Sunnah Rasul SAW., menjauhi Bid’ah, dan bersikap Istiqomah

Seorang muslim harus mengikuti Sunnah Nabi SAW. dengan penuh keyakinan (keimanan)
Seorang muslim tidak sekali-kali melakukan perbuatan bid’ah
Seorang muslim harus mematuhi segala yang diperintahkan dan dilarang Allah SWT. Serta Rasul-Nya
Seorang muslim harus menjunjung tinggi tauhid, jangan sekali-kali Menyekutukan Dia (Allah SWT.)
Seorang muslim harus menyucikan Dia (Allah) senantiasa, dan jangan sekali-kali menisbahkan sesuatu keburukan pun kepada-Nya.
Seorang muslim harus mempertahankan kebenaran-Nya dan hendaklah jangan meragukan sedikit pun atas kebenaran tersebut.
Seorang muslim harus bersabar selalu, dalam setiap keadaan dan jangan sekali-kali menunjukkan sifat ketidak sabaran.
Seorang muslim hendaknya mempunyai sifat istiqamah.
Seorang muslim harus mempunyai penghargaan kepada Allah dengan sabar dan jangan kesal.
Seorang muslim harus bekerja sama dengan sesama muslim dalam menjalankan amal dan ketaatan, jangan berpecah-belah, saling mencintai, dan jangan mendendam.
Seorang muslim harus menjauhi kejahatan dan jangan sekali-kali ternoda oleh kejahatan tersebut.
Seorang muslim harus menghiasi dirinya dengan ketaatan kepada Allah SWT.
Seorang muslim jangan sekali-kali menjauhi pintu-pintu Tuhan.
Seorang muslim jangan sekali-kali berpaling dari-Nya.
Seorang muslim hendaknya menyegerakan bertobat atas dosa yang telah dilakukan, jangan ditunda-tunda.
Seorang muslim tidak bosan-bosan untuk memohon ampunan kepada Allah SWT. Siang dan malam.
Apabila seorang muslim telah berlaku demikian, ia akan mendapatkan rahmat dari-Nya dan dijauhkan dari api neraka. Hidup bahagia di surge yang kekal. Kelak di akhirat, ia akan bertemu Allah, menikmati Rahmat-Nya.

Di Surga, bersama bidadari, mengendarai kuda-kuda yang berwarna putih. Bersuka ria dengan hurhur bermata putih, menghidup aneka aroma, dan diiringi melodi-melodi para hamba sahaya wanita yang cantik. Ia akan dimuliakan bersama Nabi, para siddiqin, para syahidin, dan para shalihin lainnya di surga yang tertinggi.



MEMOHON PERTOLONGAN KEPADA ALLAH AZZA WA JALLA

Seandainya seorang hamba Allah mendapatkan kesulitan dalam hidupnya, pertama ia harus berusaha mengatasinya dengan daya dan upayanya sendiri. Jika tak mampu mengatasi kesulitannya sendiri, hendaknya ia meminta pertolongan kepada sesamanya, misalnya kepada pejabat, hartawan, dan penguasa lainnya, atau  tetangganya. Jika ia sakit hendaknya pergi ke tabib (dokter). Apbila masih juga tak berhasil, pertolongan terakhir yang diharapkan hendaknya kepada Khaliq-nya (Allah SWT.), Tuhan Yang Maha Besar lagi Mahakuasa. Caranya ialah dengan memanjatkan do’a dengan diiringi kerendahan hati serta puji-pujian untuk-Nya.

Apabila pertolongan itu tiada kunjung dating dari Allah, jangan berputus asa. Ia harus menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, memuji dan memohon dengan penuh harap dan cemas. Apabila Allah tidak kunjung mengabulkan permohonannya dan doanya, ia harus meninggalkan segala yang berurusan dengan duniawi. Kemudian ia mencurahkan segala-galanya untuk kepentingan rohaninya (kepentingan akhirat).

Pada tingkatan ini, ia akan merasakan atau melihat dengan mata batinnya atas kehendak Allah. Dan, disampailah ia kepada keesaan-Nya dan kekuasaan-Nya.

Pada tahap ini ia akan menduduki haqqul yaqin (keyakinan yang hak/tinggi). Keyakinan tentang apakah itu?

Keyakinan yang dimaksudkan ialah tentang hakikat bahwa segala sesuatu itu tiada yang menggerakkannya, kecuali Allah, tiada yang menghentikan, kecuali Allah SWT. Tiada kekayaan dan kemiskinan, kecuali Allah menghendakinya. Dihadapan Allah, seseorang bagaikan bayi di tangan seorang bidan atau mayat yang dimandikan, atau bola di kaki pemainnya. Tak kuasa apa pun, kecuali kehendak Allah SWT. Dengan demikian, ia tak akan melihat, kecuali hanya kepada Allah. Tak mendengar, kecuali hanya kepada Allah; jika mendapat sesuatu menyenangkan atau menyedihkan diyakini semata karena Allah belaka. Jika mendengarkan sesuatu, yang didengar adalah firman-Nya. Ia menjadi mulia, rida atas segala yang dijumpainya. Ia merasa puas atas segala yang menimpanya, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Akhirnya, ia rindu selalu kepada Allah, ingin terus memuji dan berzikir. Segala sesuatu dalam hidupnya bertumpu kepada Allah semata. Ia mendapatkan nur dari Allah karena ilmu Allah itu sendiri. Ia dimuliakan karena ilmu Allah juga. Dengan begitu, senantiasa puji dan syukur tercurahkan kepada Allah Yang Mahakuasa saja.



MEMOHON PERTOLONGAN KEPADA ALLAH AZZA WA JALLA

Seandainya seorang hamba Allah mendapatkan kesulitan dalam hidupnya, pertama ia harus berusaha mengatasinya dengan daya dan upayanya sendiri. Jika tak mampu mengatasi kesulitannya sendiri, hendaknya ia meminta pertolongan kepada sesamanya, misalnya kepada pejabat, hartawan, dan penguasa lainnya, atau  tetangganya. Jika ia sakit hendaknya pergi ke tabib (dokter). Apbila masih juga tak berhasil, pertolongan terakhir yang diharapkan hendaknya kepada Khaliq-nya (Allah SWT.), Tuhan Yang Maha Besar lagi Mahakuasa. Caranya ialah dengan memanjatkan do’a dengan diiringi kerendahan hati serta puji-pujian untuk-Nya.

Apabila pertolongan itu tiada kunjung dating dari Allah, jangan berputus asa. Ia harus menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, memuji dan memohon dengan penuh harap dan cemas. Apabila Allah tidak kunjung mengabulkan permohonannya dan doanya, ia harus meninggalkan segala yang berurusan dengan duniawi. Kemudian ia mencurahkan segala-galanya untuk kepentingan rohaninya (kepentingan akhirat).

Pada tingkatan ini, ia akan merasakan atau melihat dengan mata batinnya atas kehendak Allah. Dan, disampailah ia kepada keesaan-Nya dan kekuasaan-Nya.

Pada tahap ini ia akan menduduki haqqul yaqin (keyakinan yang hak/tinggi). Keyakinan tentang apakah itu?

Keyakinan yang dimaksudkan ialah tentang hakikat bahwa segala sesuatu itu tiada yang menggerakkannya, kecuali Allah, tiada yang menghentikan, kecuali Allah SWT. Tiada kekayaan dan kemiskinan, kecuali Allah menghendakinya. Dihadapan Allah, seseorang bagaikan bayi di tangan seorang bidan atau mayat yang dimandikan, atau bola di kaki pemainnya. Tak kuasa apa pun, kecuali kehendak Allah SWT. Dengan demikian, ia tak akan melihat, kecuali hanya kepada Allah. Tak mendengar, kecuali hanya kepada Allah; jika mendapat sesuatu menyenangkan atau menyedihkan diyakini semata karena Allah belaka. Jika mendengarkan sesuatu, yang didengar adalah firman-Nya. Ia menjadi mulia, rida atas segala yang dijumpainya. Ia merasa puas atas segala yang menimpanya, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Akhirnya, ia rindu selalu kepada Allah, ingin terus memuji dan berzikir. Segala sesuatu dalam hidupnya bertumpu kepada Allah semata. Ia mendapatkan nur dari Allah karena ilmu Allah itu sendiri. Ia dimuliakan karena ilmu Allah juga. Dengan begitu, senantiasa puji dan syukur tercurahkan kepada Allah Yang Mahakuasa saja.

MENGHARAP RAHMAT ALLAH AZZA WA JALLA

Jika engkau abaikan ciptaan, semoga Allah merahmatimu. Semoga Allah membunuh kehendakmu (yang tidak baik) dan Dia menempatkanmu dalam kehidupan yang baru dan mulia.

Sekarang dirimu mendapatkan karunia berupa kehidupan abadi, mendapat kekayaan dan kebahagiaan yang abadi, dan mendapat rahmat dan ilmu sehingga tak mengenal kebodohan. Engkau dilindungi Allah dari rasa takut. Engkau dimuliakan sehingga tidak hina lagi dan selalu dekat kepada Allah sehingga menjadi tumpuan harapan bagi orang-orang yang memohon kepada Allah melalui dirimu.

Kau menjadi pengganti para rasul, para nabi dan shadiqqin. Kau adalah puncak wilayat dan para wali yang masih hidup mengerumunimu. Segala masalah dapat engkau selesaikan dan kau temukan jalan keluarnya. Sawah lading berpanen melimpah ruah berkat doamu. Lenyapnya penderitaan umat melalui doamu. Orang-orang banyak yang datang dan bergegas menemuimu, membawa bingkisan dan hadiah, serta mengabdi kepadamu. Pengabdian dalam segala hal kehidupan. Semua itu karena izin Sang Pencipta. Mereka senantiasa mendoakanmu. Tak ada dua mukmin yang memperselisihkan engkau. Inilah rahmat Allah SWT. Wahai manusia, dan Allah Pemilik segala rahmat.


MENGHINDARI DUNIA

Jika engkau melihat dunia ini berada di tangan orang lain, janganlah takjub. Dunia itu memang penuh dengan hiasan, tetapi di sisi lain penuh dengan racun yang mematikan. Tampaknya lembut, tetapi membahayakan bagi yang merabanya. Dunia pada hakikatnya mengecoh dan membuat manusia menyepelekan keburukan dari tipu daya dan janji-janji kepalsuan.

Apabila melihat yang demikian itu, hendaknya kau berlaku seakan-akan menghadapi orang yang sombong, sewenang-wenang, dan berbau busuk. Ibaratkanlah dunia itu seperti demikian. Jika melihat situasi yang demikian, berpalinglah dari kebusukannya. Tutuplah hidungmu agar tak menghirup bau amisnya. Tutuplah hidung dan telingamu dari baud an suara hawa nafsu walaupun segala kenikmatan yang  tersimpan di dalamnya menghampirimu. Allah SWT. Telah berfirman kepada Nabi pilihan-Nya (Muhammad SAW.):

Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang Telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.

BERIBADAH HANYA KARENA ALLAH SWT.

Apabila melaksanakan perintah Allah, tanggalkan pandangan manusia yang tertuju kepadamu dan tanggalkan kepentingan pribadimu dan hendaknya engkau tujukan kepada Allah saja.

Untuk menghindari pandangan manusia yang memuji atas amalanmu dalam melaksanakan perintah Allah, menghindari dari mereka, asingkan diri sepenuhnya dan bebaskan jiwamu dari segala harapan mereka. Lenyapkanlah segala nafsumu. Adapun tanda lenyapnya nafsu ialah :

Meninggalkan kesibukan mengejar duniawi;
Berhubungan dengan mereka hanya untuk mendapatkan manfaat;
Cenderung menghindari diri dari kemudaratan;
Tidak menuruti dan dorongan pribadi;
Tidak menggantungkan diri sendiri dalam masalah pribadi 
Tidak membantu atau melindungi diri sendiri, tetapi memasrahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT., karena Dia-lah Yang Maha Kuasa
Kemauan itu dapat lenyap dari jiwamu. Kemauan yang dimaksud ialah didorong oleh hawa nafsu. Adapun lenyapnya kemauan atas kehendak Allah itu ditandai sebagai berikut :

Tidak pernah menurutkan keinginan, tak merasa butuh, tidak mempunyai tujuan, kecuali hanya satu tujuan dan satu kebutuhan, yaitu kepada Allah SWT. Belaka;
Kehendak Allah akan berwujud pada dirimu, sehingga jika kehendaknya bereaksi, tubuhmu menjadi pasif, namun hatimu tenang, pikiranmu jernih, nurani dan rohanimu menjadi berseri. Dengan demikian, kebutuhanmu tentang kebendaan kau pasrahkan dan engkau bergantung kepada Allah SWT. Saja.
Gerakanmu digerakan oleh kekuasaanNya, lidah keabadian selalu menyeru namamu. Tuhan semesta alam mengajarimu, dan member hiasan kepadamu berupa nur-Nya yang menempatkan kedudukanmu sejajar dengan ulama hikmah yang telah mendahuluimu.
Jika mampu seperti demikian, niscaya engkau berhasil menaklukkan diri sendiri, sehingga, dalam ragamu tidak ada “kedirianmu”, laksana bejana yang hancur, bersih dari air dan endapan, rohanimu menolak segala sesuatu. Rohmu hanya menerima kehendak Allah saja. Pada peringkat dan kedudukan seperti ini, engkau akan mendapatkan suatu keajaiban. Hal ini seolah-olah hanya karena usahamu dalam melatih diri dan rohmu, padahal sebenarnya adalah kehendak Allah belaka.

Pada kedudukan ini, engkau mampu menjadi orang yang dapat menundukan hati sendiri, sifat hewanimu telah musnah. Dengan demikian, engkau akan mendapat ilham atas kehendak Ilahi dan dambaan-dambaan baru dalam kenyataan sehari-hari.

Allah Yang Mahatinggi tak akan bersamamu, jika kedirianmu (nafsu duniawi, hewani, sifat yang merusakkan/membutakan hati) belum sirna. Jika kedirianmu telah sirna, lalu kau menganggap sesuatu di dunia ini tak akan ada artinya kecuali Allah, Dia akan memberikan kebugaran dan kesegaran rohani. Allah akan member kekuatan rohani dan dengan rohani tersebut, engkau berkehendak.

Jika dalam dirimu masih juga terdapat noda meskipun sekecil biji dzarah, Allah akan menolakmu agar engkau terus berusaha untuk diterima Allah. Allah pun terus menciptakan kemauan baru dalam dirimu agar engkau tidak merasa puas dengan amal dan ibadah yang kau lakukan, hal ini sampai pada akhir  hayatmu.

Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah SWT. Berfirman,

“Hamba-ku yang beriman senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku, yaitu dengan mengerjakan shalat-shalat sunah yang diutamakan sehingga Aku mencintainya, maka Aku menjadi telinganya, dengan ia mendengar, dan menjadi matanya, dengannya ia melihat, dan menjadi tangannya, dengannya ia bekerja, dan menjadi kakinya, dengannya ia berjalan. Tak diragukan lagi, demikianlah keadaan fana.”

Oleh sebab itu, Dia menyelamatkanmu dari kejahatan para makhluk-Nya, kemudian mendorongmu dalam kebaikan-Nya. Dengan begitu, engkau akan menjadi pusat kebaikan, sumber rahmat, kebahagiaan, kenikmatan, semangat, damai dan sentosa.

Para wali terdahulu pun menunaikan ibadah untuk mendekatkan dirinya sedekat mungkin kepada Allah SWT. Itulah yang menjadi tujuannya, tujuan terakhir. Mereka senantiasa beralih dari kehendak yang timbul dari pribadinya sendiri, mengubahnya menjadi kehendak dari Allah. Itulah sebabnya, mereka kemudian disebut badal (berubah). Bagi mereka, ini menggabungkan kehendak dirinya sendiri dengan kehendak Allah adalah suatu dosa.

Apabila mereka terbawa tipuan perasaan-perasaannya sendiri sehingga lalai atau takut, Allah menolong mereka dengan kasih sayang-Nya. Allah akan mengingatkan mereka dan akhirnya mereka sadar dan berlindung kepada Tuhannya. Mereka berlindung dari kemauan pribadinya karena menyadari bahwa mereka tak akan mampu membersihkan dirinya sampai sebersih mungkin dari nafsu dan kemauan, kecuali malaikat. Para malaikat memang suci dari nafsu dan kehendak, para nabi terbebas dari kedirian, sedangkan jin dan manusia tak terlepaskan dari nafsu yang kelak menuntut pertanggungjawaban moral. Akan tetapi, meskipun manusia itu dapat terbebas dari nafsu, para wali mampu melemahkan nafsunya sehingga dengan, bantuan Allah, mereka mendapatkan rahmat dan menguatkan akalnya.

MEMBEBASKAN DIRI DARI CENGKRAMAN HAWA NAFSU

Hendaknya engkau bebaskan dirimu dari nafsumu, jauhilah nafsumu itu, dan pasrahkan segala sesuatunya hanya kepada Allah. Jadilah penjaga hatimu dangan mematuhi perintah-perintah-Nya, menghormati larangan-larangan-Nya dengan cara menjauhi segala yang diharamkan Allah SWT. Jangan sekali-kali engkau biarkan nafsumu masuk ke dalam pintu hatimu, setelah kau membuangnya.

Untuk mengusir nafsu yang merusak, engkau harus memiliki pertahanan dan jangan mematuhinya dalam segala keadaan.

Mengizinkan nafsu (yang merusak) masuk ke dalam hati berarti engkau merelakan dirimu dalam mengabdi kepadanya. Oleh sebab itu, janganlah sekali-kali engkau menghendaki, selain kehendak Allah SWT. Segala suatu kehendak yang bukan karena Allah adalah suatu nafsu kejahilan (kebodohan), yang demikian itu akan membinasakanmu dan merupakan penyebab tumbuhnya jarak antara dirimu dengan Allah SWT.

Agar mampu mengekang dan membentengi hatimu dari nafsu, hendaknya engkau menjaga perintah-Nya dalam segala kondisi yang telah ditetapkan-Nya. Jangan sekali-kali menyekutukan Dia dengan apa pun. Jangan berkehendak dan mempunyai kemauan sendiri agar dirimu tidak masuk pada golongan orang-orang musrik.

Allah Azza Wajalla Berfirman :


Artinya “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

Ketahuilah! Syirik tidak hanya menyembah berhala saja, tetapi memanjakan nafsu jasmani dan menyamakan segala yang ada di dunia dan akhir dengan Allah SWT., juga termasuk syirik. Jika engkau tenggelam dalam sesuatu, selain Allah berarti secara tidak langsung engkau telah menyekutuhkan-Nya. Waspadalah, jangan terlena! Oleh karena itulah, dengan ber-uzlah (menyendiri) engkau akan mendapatkan keamanan. Jangan sekali-kali engkau menganggap segala yang kau dapatkan dan maqam-mu itu berkat jerih payahmu sendiri.

Apabila engkau telah merasa menduduki maqam (derajat) atau tingkat dalam keadaan tertentu, hendaknya jangan bicarakan hal itu kepada orang lain. Engkau tidak akan tahu bahwa nasib akan berubah. Bisa saja terjadi apa yang telah engkau bicarakan itu berubah, sirna darimu. Dengan begitu, engkau akan malu kepada mereka. Simpanlah ilmu pengetahuanmu di dalam lubuk hatimu. Jangan tunjukkan kepada orang lain. Apabila engkau merasakan ilmumu terus meningkat, ketahuilah bahwa semua itu berkat karunia Allah SWT. Engkau harus memohon kekuatan untuk bersyukur dan meningkatkan keridaan-Nya. Jika ilmu yang kau miliki itu sirna, janganlah berputus asa. Mungkin Allah akan menggantikannya pada tingkatan yang lebih tinggi, yaitu Nur, kesadaran dan pandangan. Allah SWT. Telah berfirman :


Artinya :
"Segala  ayat (mukjizat) yang Kami ubah atau Kami lupakan (kepadamu), Kami datangkan penggantinya dengan yang lebih baik daripadanya (dari sebelumnya) atau yang seumpamanya. Tidaklah engkau tahu bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu."

Janganlah sekali-kali menganggap bahwa Allah tidak berdaya dalam suatu hal, jangan pula menganggap keputusan-Nya (ketetapan-Nya) tidak sempurna. Yakinlah akan janji-janji-Nya, jangan ragu sedikitpun. Janji dan ketetapan itu telah ada sebagaimana contoh-contoh luhur Nabi Allah, ayat dan surat-surat yang diturunkan kepadanya, dan yang telah diamalkannya.

Tentang hikmah dan keadaan rohani yang dimilikinya, sering dikatakan bahwa hatinya tak jarang tertutup awan atau gundah, kemudian ia memohon perlindungan kepada Allah sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari. Ia diperintahkan untuk meminta perlindungan-Nya. Sebab, sebaik-baik seorang hamba adalah yang berlindung dan menghadap kepada Allah. Dengan cara demikian, ia mengakui dosa dan kesalahannya, dan inilah dua macam kualitas yang terdapat pada seorang hamba, dalam segala kondisi kehidupan Al-Qur’an telah menjelaskan bahwasanya Nabi Adam as. Berkata :

Artinya :

"Ya, Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika tidak Engkau ampuni kesalahan kami dan tidak Engkau mengasihi kami, tentu kami termasuk orang-orang yang rugi."

Kemudian turunlah kepada Adam a.s. cahaya petunjuk dan pengetahuan tentang tobat, dan hikmah dibalik peristiwa itu. Allah SWT. Pun berpaling kepadanya dengan penuh kasih saying sehingga ia bertobat. Allah mengembalikan kepada kondisi fitrah semula dan beradalah ia pada peringkat wilayat yang lebih tinggi. Ia mengembangkan keturunannya dan akhirat merupakan tempat kembali yang kekal.

Oleh karena itu, ikutilah Sunnah Nabi Muhammad SAW. seorang hamba, kekasih, dan pilihan Allah. Ikutilah Nabi Adam a.s. sebagai pilihannya. Kedua nabi itu adalah kekasih Allah dalam masalah berlindung atas kesalahan dan dosa yang diperbuatnya dengan penuh tawadu. Itulah hamba pilihan dan telah mendapatkan petunjuk dari Allah dan mendapatkan tempat yang mulia, baik didunia maupun di akhirat.

MENYIKAPI KETENTUAN ALLAH DENGAN TENANG DAN IKHLAS

Jika engkau berada pada kondisi tertentu, janganlah mengharapkan kondisi lain, baik yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah. Apabila berada di pintu gerbang istana raja, janganlah mempunyai keinginan untuk masuk ke dalam istana, kecuali jika terpaksa. Yang dimaksud dengan terpaksa ialah jika engkau diperintah terus menerus. Namun, jangan sekali-kali menganggap perintah itu sebagai izin masuk karena siapa tahu perintah itu hanya akan menjebakmu saja. Bersabarlah sampai kau benar-benar dipaksa oleh raja memasuki istananya. Jika raja memaksamu, masuklah, engkau tak akan dihukumnya karena dia sendiri yang menghendakinya. Akan tetapi, jika ia menghukummu, hal itu bukan karena kesalahanmu, tetapi karena kesewenang-wenangan raja itu sendiri.

Demikian juga terhadap Allah SWT., jangan engkau mengharapkan sesuatu yang berlebihan. Terimalah kenyataan yang kau hadapi. Jika engkau berada dalam suatu kenyataan,. Terimalah dengan ketenangan dan ikhlas, serta tetap melaksanakan amal taat yang diperintahkan-Nya. Allah SWT. Telah berfirman kepada Rasul pilihan-Nya :

Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang Telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.

Demikianlah firman-Nya “Dan Tuhanmu (dalam surge) lebih baik dan lebih kekal,” maksudnya adalah Allah memperingatkan Nabi pilihan-Nya agar menghargai kenyataan yang ada dan mensyukuri karunia-karunia-Nya. Dengan kata lain, perintah itu adalah sebagai berikut :

“Segala yang telah Ku-karuniakan kepadamu (kebaikan, kenabian, ilmu, keridaan, kesabaran, kerajaan, agama, dan jiha di jalan-Ku), itu lebih baik dan lebih berharga disbanding dengan semua yang aku berikan kepada manusia pada umumnya.”

Jadi, bila sesuatu itu telah ditentukan oleh Allah atas dirimu, pasti sesuatu itu akan dating kepadamu, meskipun engkau tak suka. Oleh sebab itu, tak sepantasnya sifat rakus dan tamak terwujud pada dirimu. Hal itu harus dapat ditolak oleh akal dan juga harus dapat ditolak oleh ilmu.

Apabila suatu keadaan dan kenyataan itu ditakdirkan kepada orang lain, tak perlu dirimu berususah payah untuk meraihnya. Mengapa sesuatu yang baik diberikan kepada orang lain, ingin engkau miliki, sedangkan cobaan yang ditimpakan kepada orang lain, tak ingin engkau miliki? Terbuktilah bahwa semua kebaikan dan keselamatan itu bergantung pada cara kita menghargai keadaan tersebut. Oleh karena itu, seandainya, engkau dinaikkan ke tingkat atas dalam istana dan dengan dengan raja, janganlah bangga terlalu memuji dirimu. Namun, bersikaplah tenang dan berhati-hati. Sebab, dekat dengan raja, tak menutup kemungkinan pula, dekat dengan bahaya yang mengancam.

Sekali lagi, janganlah engkau menginginkan perubahan yang ada pada dirimu. Jika engkau berkeinginan yang berlebihan dan berusaha memiliki yang terbaik, itu berarti mendorong dirimu untuk tidak bersyukur. Lenyaplah rasa syukur dalam hatimu atas rahmat-rahmat yang ada. Ketahuilah, keinginan yang berlebihan itu menyebabkan seseorang menjadi hina, terhina di dunia maupun di akhirat.

KEAGUNGAN DAN KEINDAHAN ILAHI 

Sesungguhnya kehendak Allah itu dapat dilihat oleh mata batin dan pengalaman rohani para wali dan badal, dan tak pernah terjangkau oleh nalar serta mata kasar. Perwujudan kehendak Allah yang dapat dirasakan dan dilihat oleh mata batin para wali dan sufi berupa jalal (keagungan) dan jamal (keindahan). Keagungan atau jalal ini menimbulkan kegelisahan, pemahaman yang menggundahkan, yang menguasai hati, sehingga bergetar dan berpengaruh pula pada jasmaniahnya. Hal ini sebagaimana diriwayatkan bahwa bila Rasulullah SAW. shalat, di dalam hatinya terdengar gemuruh, bagaikan air yang mendidih. Getaran itu disebabkan oleh mata batinnya dan pengalaman rohaniahnya melihat kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Hal yang serupa dialami pula oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Umar bin Khathab r.a. Adapun perwujudan Jamal (keindahan) Ilahi dapat dirasakan oleh hati yang telah mendapatkan nur. Refleksinya tampak pada gerakan jasmani, misalnya senantiasa berkata manis, anggun dalam berpenampilan, ucapan dan sikapnya terhadap sesama penuh dengan kasih sayang, gembira dan ikhlas menerima karunia-Nya, mendapatkan kedudukan dan tempat yang tertinggi dan mengalami (merasakan) keakraban dengan-Nya. Semua itu tersimpul atau berpusat pada ikhlas dalam menerima takdir Allah SWT. yang telah ditetapkan-Nya jauh di masa lampau. Hal tersebut adalah rahmat dan karunia dan pengukuhan atas mereka di dunia, sampai pada kurun waktu tertentu.

MENUNDUKKAN DIRI SENDIRI

Sesungguhnya, tak ada suatu apa pun, kecuali Allah. Dirimu merupakan suatu tandanya. Sifat egois manusia adalah bertentangan dengan Allah. Padahal, segala sesuatu yang ada harus patuh dan taat kepada Allah karena semuanya pada hakikatnya adalah milik-Nya. Demikian juga manusia sebagai makhluk sekaligus milik-Nya. Sifat egois manusia itu pongah, darinya, timbul dambaan-dambaan palsu. Oleh karena itu, jika engkau menyatu dengan kebenaran dan mampu menundukkan dirimu sendiri, kau menjadi milik Allah dan akan menjadi musuh dirimu sendiri. Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi Daud a.s., "Wahai Daud, Aku-lah tujuan hidupmu, yang tak mungkin dapat kau hindari. Oleh karena itu, berpegang teguhlah kepada tujuan yang satu ini, yaitu beribadahlah dengan sebenar-benarnya, sampai kau menjadi lawan dirimu sendiri, semata-mata karena aku!"

Apabila tidak mementingkan dirimu dan mampu menundukkan egoismu, engkau akan menjadi akrab dan dekat dengan Allah SWT. Engkau akan mendapatkan bagianmu yang suci, yang sangat menyenangkan rohaniahmu. Kalau demikian, engkau akan dicintai dan mulia. Segala sesuatu tunduk dan patuh kepadamu, takut kepadamu, karena pada dasarnya semua tunduk kepada Tuhan mereka, selaras dengannya karena Dia-lah yang menciptakan mereka, dan mereka adalah hamba yang mengabdi kepada-Nya. Allah SWT. berfirman:

Artinya:

"Bertasbih (patuh) kepada-Nya langit yang tujuh dan bumi, serta apa-apa yang ada di dalamnya. Tiada suatu (makhluk), melainkan patuh serta memuja-Nya, tetapi kamu tiada mengerti tasbih mereka itu. Sesungguhnya Dia Penyantun dan Pengampun."
(Q.S. Al-Isra [17]: 44)

Segala sesuatu yang ada di jagat raya ini menyadari keridaan-Nya dan menaati perintah-perintah-Nya. Allah Mahakuasa lagi Mahaagung. Hanya saja, kita tidak mengetahui bagaimana makhluk lain bertasbih kepada-Nya. Allah SWT. berfirman:


Artinya:

"Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepada langit dan bumi, 'Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku baik dengan suka atau terpaksa.' Keduanya menjawab, 'Kami datang dengan patuh." (Q.S. Fushshilat [41]: 11)

Dengan demikian, dapat kita tarik kesimpulan bahwa bumi dan langit serta seisinya patuh kepada Allah, menurut segala kehendak-Nya, tidak berjalan sendiri atas kehendak pribadinya. Firman-Nya:



Artinya:

Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.
(Q.S. Shad: 26)

Allah SWT. juga berfirman, "Hindarilah hawa nafsumu karena sesungguhnya tak ada suatu pun menentang-Ku di seluruh kerajaan-Ku, kecuali nafsu jasmani manusia."

Diceritakan bahwa suatu ketika Abu Yazid Al-Bustami bermimpi dan dalam mimpinya ia seolah-olah berjumpa dengan Allah. Ia bertanya kepada-Nya, "Wahai Allah, bagaimana caranya agar aku dapat menjumpai-Mu?" "Buanglah keakuanmu (egois yang mementingkan diri sendiri) dan berpalinglah kepada-Ku!" kata Allah dalam mimpi Al-Bustami. Lalu Al-Bustami berkata, "Aku keluar dari diriku bagaikan seekor ular yang keluar dari selongsong tubuhnya."

Jadi, kebaikan itu bergantung pada cara kita memerangi diri sendiri dalam segala hal. Karena, diri sendiri itu menyimpan nafsu yang buruk dan merusak, serta jasad yang kotor.

Jika engkau berada pada derajat kesalehan, hendaklah engkau pun mampu memerangi dirimu sendiri sampai kau terbebas dari hal-hal terlarang dan syubhat (halal atau haram yang diragukan). Bebaskan dirimu dari pengharapan mereka, pengaruh mereka, dan keinginan untuk mendapatkan duniawi. Jangan pula engkau mengharapkan pemberian hadiah, kemurahan, atau sedekah, serta fasilitas lainnya dari orang lain. Misalnya, jika engkau bergaul dengan orang kaya, janganlah mengharap kematiannya agar engkau mendapatkan warisannya.

Bebaskanlah dirimu dari ikatan makhluk dan anggaplah mereka sebagai pintu gerbang yang dapat membuka dan menutup atau pohon yang suatu ketika berbuah dan pada musim lain gugur daunnya. Ketahuilah, keadaan alam dunia ini adalah pasang dan surut, kadang di atas dan kadang di bawah hanya karena adanya suatu pelaksanaan dan satu perancang. Yang merancang dan melaksanakan adalah Allah atas segala kekuasaan-Nya. Akan tetapi, jangan pula engkau melupakan upaya dan usaha manusiawi agar tidak menjadi korban keyakinan kaum fatalis (Jabarriyyah). Engkau harus menghargai upaya manusiawi, tetapi jangan melupakan atas keyakinan bahwa segala sesuatu dapat terjadi hanya karena kehendak Allah SWT.

Manusia hanya sebatas berikhtiar dan ketentuan Allah-lah yang berhak. Oleh karena itu, jangan mengagung-agungkan jerih payah manusiawi dan jangan menghargai upaya manusiawi secara berlebihan agar engkau tidak lupa bahwa segala sesuatu itu atas kehendak Allah SWT. Hendaknya engkau tanamkan dalam hati bahwa segala jerih payah makhluk itu adalah milik Allah, Dia-lah yang menggerakkan dengan tangan kekuasaan-Nya.

Laksanakan perintah Allah yang berkenaan dengan mereka bermasyarakat dan pisahkanlah dirimu dari mereka atas dasar perintah Allah juga. Jangan melampaui batas ini sebab hukum Allah adalah pasti, yang akan menentukan dirimu dan menentukan mereka. Janganlah menjadi penentu dan memastikan nasib diri sendiri. Sesungguhnya, kemajuanmu dan mereka karena takdir-Nya. Adapun takdir Allah itu merupakan suatu rahasia, suatu hal yang gelap. Masukilah kegelapan itu dengan membawa pelita yang sekaligus penentu. Pelita, yang kumaksud tak lain adalah Al- Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Jangan sekali-kali meninggalkan keduanya. Jika suatu ketika engkau mendapat ilham atau dalam pikiranmu terlintas suatu gagasan baik, sesuaikan den cocokkan dengan Al-Quran dan Al-Hadis.

Seandainya gagasan yang terlintas dalam benakmu atau jalan pikiranmu itu tidak sesuai dengan Sunnah Rasul dan ayat-ayat Al-Quran, bahkan bertentangan, hendaknya engkau membuang jauh-jauh gagasan itu. Hindarilah jalan pikiran atau gagasan tersebut karena sesungguhnya hal itu hanya menyesatkan dirimu saja. Percayalah, gagasan yang terlintas dalam benakmu, jika bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah Rasul SAW., datangnya dari setan. Setan berusaha menjerumuskan dirimu. Akan tetapi, jika gagasanmu atau jalan pikiranmu itu sejalan dengan ayat Al-Quran dan Sunnah Rasul, hendaklah engkau pakai dalam menapaki kehidupan beribadah. Barangkali, gagasan yang terlintas dalam pikiranmu adalah sebuah ilham dari Allah SWT.

Namun, jika gagasan itu sesuai dengan ayat Al-Quran dan Sunnah Rasul SAW., tetapi sifatnya menyuburkan nafsu hewani, sebaiknya engkau jauhi. Misalnya, kebolehan tentang makan, minum, cara berpakaian, menikah, dan sebagainya. Ketahuilah, jika engkau turutkan secara berlebihan, meskipun diperbolehkan, hal itu merupakan nafsu hewani. Ia akan subur jika kau biarkan menjadi-jadi.

Misalnya, suatu ketika dalam hatimu mendapat bisikan sesuatu yang tak kau pahami dan hal itu dalam Al-Quran dan Al-Hadis tidak dilarang dan tak diperbolehkan (tak ada hukum dari keduanya) maka tangguhkan dulu. Jangan menerima ilham atau lintasan hati semacam itu. Contoh lain, apabila dalam benakmu atau mimpimu, engkau diminta untuk pergi ke suatu tempat tertentu atau menemui seseorang yang saleh, kau tak perlu pergi ke tempatnya. Bersabarlah, tunda dulu permintaan dan dorongan itu, lebih baik kau bertanya pada diri sendiri, apakah yang datang dan terlintas dalam hatimu itu benar-benar merupakan ilham dari Allah dan apakah harus dilaksanakan? Adalah Sunnah Allah untuk mengulang-ulangi ilham semacam itu. Hal itu juga memerintahkan kepadamu agar engkau berusaha menemukan jawabannya. Kau boleh datang kepada para wali atau ahli hikmah untuk menanyakan hal itu.

Apabila engkau bersabar atas suatu ilham, Allah sendiri yang kemudian melakukannya bagimu. Engkau akan digerakkan atas kekuasaan-Nya. Lalu kau akan diantarkan ke maqam (tempat) itu. Apabila dalam suatu perjalanan, engkau menemui suatu ujian, engkau pasti dapat melewatinya dengan selamat. Mengapa demikian? Karena Allah tak akan menghukummu atas tindakanmu yang dia sendiri yang menghendaki-Nya.

Ketahuilah, bahwasanya menaati perintah itu meliputi dua perkara. Pertama, mencari sarana duniawi dalam kebutuhan sehari-hari sebatas keperluan saja. Jangan mengupayakan duniawi secara berlebihan. Jangan menuruti kehendak dan kemauan demi memuaskan jasmani saja. Selesaikan tugasmu dalam kaitannya dengan kehidupan. Lalu ikatlah nafsumu dari dosa-dosa yang akan menjebakmu.

Kedua, yaitu berhubungan dengan perintah-perintah yang tersembunyi. Misalnya, Allah tidak memerintahkan hamba-Nya untuk mengerjakan sesuatu, tetapi juga tidak melarangnya. Perintah ini ditinjau dari hukum ialah tak ada kejelasan, dan hal ini disebut mubah. Dalam masalah ini, engkau tak boleh mengambil tindakan atas inisiatif nafsumu. Namun, hendaknya engkau menunggu perintah. Jika Allah memerintahkan, rohaniahmu akan menggerakkan dirimu untuk mengerjakannya. Jika Allah tidak berkehendak, rohaniahmu tidak akan mendorongmu untuk melakukannya.

Dapatlah disimpulkan bahwa jika ada kejelasan hukumnya, engkau harus bertindak sesuai dengan hukum tersebut (Al-Quran dan Sunnah). Jika hukumnya tidak jelas, engkau harus bertindak atas dasar perintah tersembunyi. Diam menunggu dorongan rohani yang digerakkan Allah SWT.

Dengan cara demikian, niscaya engkau akan memiliki keteguhan sebagaimana yang didapatkan oleh ahli hakikat. Jika engkau sampai pada hakikat kebenaran yang disebut mahwu (pencelupan) atau fana (peleburan), berarti engkau telah mencapai maqam badal, yaitu hati yang sepenuhnya dan demi kepentingan apa pun telah kau sandarkan kepada-Nya. Keadaan ini dirasakan dan dimiliki oleh orang yang nuraninya mendapatkan nur, orang muwahid, orang arif, dan mereka adalah amir dari pimpinan, pengawas, dan pelindung umat. Yang demikian itu, termasuk khalifah Allah SWT.

Untuk menaati perintah secara benar, engkau harus dapat mengalahkan dirimu sendiri (nafsu-nafsumu yang di luar ruh). Lalu, kau bebaskan dari beban ketergantungan dan kekuatan atas segala hal kecuali hanya kepada Allah. Kalau demikian, engkau menjadi hamba Allah yang sebenar-benarnya. Engkau telah menjadi abadi-Nya, bukan abdi ciptaan-Nya dan bukan pula hamba dari hamba-Nya. terhadap Allah, engkau laksana bayi dalam gendongan sang dukun beranak, yang mengikuti segala kehendak dan kemauan tanpa mampu melawan atau menolak.


BERSIKAP PASRAH KEPADA ALLAH SWT.

Janganlah sekali-kali engkau berusaha meraih rahmat (menjarah rahmat) dan jangan pula sekali-kali engkau berusaha untuk menolak datangnya suatu bencana yang menimpamu.

Ketahuilah, rahmat akan datang kepadamu jika memang sudah ditakdirkan bagimu, tak peduli apakah engkau menolak atau menyukainya. Demikian pula dengan bencana. Bila sudah ditakdirkan, ia akan menimpamu, tak peduli engkau suka atau tidak suka. Walaupun engkau menangkisnya dengan doa, ia tetap akan menimpamu. Walaupun kau hadapi dengan kesabaran hati, ia tetap hadir dalam kehidupanmu.

Oleh sebab itu, sikap pasrah dalam segala hal adalah lebih baik, agar Allah berkehendak melalui dirimu. Apabila mendapat suatu rahmat, hendaknya engkau banyak-banyak bersyukur. Jika suatu bencana menimpamu, hendaknya engkau bersabar atau mencoba untuk membangkitkan kesabaran dan keterikatan dengan Allah SWT . dan keridaan-Nya. Dapat juga engkau lakukan untuk merasakan rahmat-Nya di dalam menerima bencana dan sedapat mungkin menyatu dengan-Nya melalui cobaan ini, melalui semua spiritual yang kau miliki. Jika Allah menghendaki, engkau akan digerakkan dari satu maqam ke maqam lainnya dalam perjalanan menuju Allah. Hal ini engkau lakukan untuk menaati dan mengakrabi Allah, yakni agar engkau pada akhirnya dapat berjumpa dengan Allah Yang Mahabesar.

Kemudian, engkau akan ditempatkan pada maqam yang sebelumnya telah dicapai oleh para shadiqin, para syahidin, dan para shalihin. Artinya, engkau mencapai suatu keakraban (hubungan dekat) dengan Allah sedemikian rupa, sampai memungkinkan dirimu dapat melihat maqam orang-orang yang telah mendahuluimu menghadap Sang Khaliq, penguasa kerajaan yang agung, dan orang-orang yang dekat dengan-Nya.

Jika bencana itu datang menimpamu, biarkanlah ia datang. Jangan engkau halang-halangi kedatangannya. Jangan kau hadapi dengan doa. Jangan engkau merasa susah atau gundah menghadapi kedatangan bencana yang menghampirimu. Sebab, panasnya api bencana yang kau hadapi tidaklah sepanas api neraka yang berkobar.

Tentang manusia terbaik dan yang terbaik di atas bumi dan di bawah langit ini, Rasulullah SAW. bersabda, "Sesungguhnya, api neraka akan berseru kepada orang-orang yang beriman, 'Wahai orang-orang beriman, cepatlah berlalu, karena cahayamu mematikan nyala apiku."

Dari hadis ini, engkau dapat menyimpulkan bahwa cahaya (nur) seorang yang beriman dapat mematikan nyala api neraka. Dan nur orang beriman dapat kita temui di dunia ini. Nur tersebut ialah yang membedakan manusia yang patuh kepada Allah atau yang kafir. Cahaya inilah yang akan memadamkan kobaran bencana, sedangkan kesejukan, kesabaran, dan kepatuhanmu kepada Allah itulah yang memadamkan panasnya yang bakal menimpamu.

Dengan demikian, bencana yang menimpamu bukanlah suatu kehendak Allah untuk menghancurkanmu. Sesungguhnya, bencana yang datang dan menimpamu itu adalah suatu ujian bagimu dan cobaan bagimu agar imanmu menjadi semakin kokoh, agar keyakinanmu semakin kuat, dan secara rohani bencana itu memberimu kabar baik dari-Nya tentang kehendak-Nya padamu. Allah SWT. berfirman:

Artinya:

"Dan sesungguhnya Kami akan menguji kalian, agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antaramu, dan agar Kami nyatakan hal ihwal kalian."

(Q.S. Muhammad [47]: 31)

Apabila keimanan kepada Allah terbukti sedemikian kuatnya (berkat pertolongan-Nya), pasti engkau akan senantiasa sabar dalam menghadapi suatu bencana. Engkau tetap taat dan tak tergeser sedikit pun. Janganlah engkau biarkan segala pelanggaran terhadap perintah dan larangan Allah, baik yang kau lakukan atau dilakukan oleh orang lain. Apabila datang perintah-Nya, dengarkan dengan penuh saksama, segera laksanakan, dan jangan menunda-nundanya. Bertindaklah, jangan diam atau pasif di hadapan takdir Allah. Curahkanlah kekuatanmu dan berusahalah agar engkau memenuhi perintah sesuai dengan kehendak-Nya.

Jika engkau tak mampu melaksanakan perintah itu, janganlah engkau menyia-nyiakan waktumu. Segeralah kembali kepada-Nya. Berlindunglah kepada-Nya, rendahkanlah dirimu di hadapan-Nya, mohonlah ampunan-Nya. Jangan berputus asa dan hanya berdiam diri. Bertafakurlah untuk mencari penyebab ketidakmampuanmu dalam melaksanakan perintah Allah tersebut. Barangkali kelemahanmu dalam melaksanakan perintah-Nya itu disebabkan prasangka-prasangka burukmu atau mungkin pula karena sikapmu yang tak layak dalam berpatuh kepada-Nya. Mungkin juga karena kau terlalu membanggakan amal taatmu atau karena sikapmu yang telah menyekutukan Allah dengan dirimu sendiri atau dengan makhluk lainnya.

Akibatnya, Allah SWT. menjauhkanmu dari pintu-Nya dan menolak amal taatmu. Dia ajkan menutup pintu pertolongan bagimu. Ia palingkan kemurahan wajah-Nya darimu. Lalu la biarkan dirimu tetap dalam bencana di dunia. Apakah engkau tak menyadari, bahwa kesibukan menghadapi bencana tanpa dilandasi kesabaran hanya akan membuat dirimu lupa kepada Allah dan menutupi dirimu sendiri dari penglihatan-Nya.

Hendaknya engkau berhati-hati dan waspada! Janganlah engkau mengutamakan sesuatu, selain hanya kepada Allah. Waspadalah agar sesuatu yang lain (selain Allah) tidak memisahkan dirimu dengan Allah. Engkau harus mengutamakan Allah daripada yang lainnya sebab engkau diciptakan semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu, janganlah menganiaya dirimu sendiri sehingga menjadi sibuk oleh urusan-urusan yang bukan merupakan perintah Allah. Sesungguhnya, kesibukan yang demikian itu hanya akan menjerumuskanmu ke dalam api neraka, yang bahan bakarnya manusia dan bebatuan, dan engkau pasti akan menyesal.

Sadarilah, penyesalan itu tak ada gunanya, tak ada guna engkau kemukakan alasan. Sebab, pada saat pembalasan seperti itu, dalih dan alasan apa pun tak akan diterima sebagai pertimbangan untuk membebaskanmu dari siksa. Walaupun engkau rnenangis, memohon pertolongan, pertolongan itu tak kunjung datang. Meskipun kau mencoba untuk menyenangkan Allah, itu hanya sia-sia belaka. Engkau meminta dikembalikan ke dunia untuk berbuat baik dan menebus kesalahan, itu pun percuma saja.

Oleh sebab itu, kasihanilah dirimu dan gunakanlah segala kesempatan untuk mengabdi kepada Tuhanmu. Gunakan akalmu, keimananmu, kecerahan rohanimu, dan ilmumu yang dikaruniakan Allah kepadamu. Berusahalah untuk memberi petunjuk, menerangi lingkungan hidupmu (masyarakat atau umat) dengan cahaya ilmu, iman, kecerahan rohmu, dan akalmu.

Hendaknya tetap kau pegang teguh perintah dan larangan-Nya. Lewatilah dan tempuhlah di bawah petunjuk-Nya. Jika engkau berjalan menapaki keduanya perintah dan larangan atas dasar petunjuk yang benar, niscaya engkau akan sampai kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia-lah yang menciptakan dan menumbuhkanmu. Janganlah mengufuri nikmat kepada-Nya. Sadarilah, Allah yang telah menciptakanmu dari debu, dan dari setetes air mani lalu dijadikannya engkau sebagai manusia sempurna.



Janganlah sekali-kali engkau menghendaki yang bukan perintah-Nya. Jangan pula menganggap sesuatu itu buruk bila tak tegas-tegas diharamkan syara. Jika engkau telah menyesuaikan perilakumu dan rohanimu dengan perintah-Nya, seluruh makhluk akan hormat kepadamu. Apabila engkau menghinakan segala sesuatu yang menjadi larangan Allah, segala yang tak tampak akan lari menjauhimu, di mana pun engkau berada. Allah SWT. telah berfirman, "Wahai anak cucu Adam, Aku-lah Allah, tak ada Tuhan selain Aku. Apabila Aku katakan jadilah, maka ia akan tercipta. Patuhilah Aku, maka akan Aku sempurnakan engkau, sehingga bila kau berkata 'jadilah', ia akan jadi (terwujud). Wahai bumi, hormatilah orang-orang yang memuji-Ku. Dan susahkanlah orang-orang yang memujamu."

Apabila datang sesuatu yang diharamkan Allah kepadmu, jangan menghiraukannya. Bersikaplah seperti orang yang lemas sendi-sendi rulangnya, yang kehilangan kekuatan jasmani, yang remuk hatinya, yang tak bergairah sama sekali, yang tak tertarik dengan keindahan dunia, dan yang hilang nafsu hewaninya, bagaikan halaman rumah yang tak terurus, bagaikan rumah kosong yang tak bertuan. Berlakulah seperti orang yang tuli sejak lahir, bagaikan orang buta sejak lahir, dan seolah-olah bibirmu penuh bengkak dan borok, lidahmu bisu, gigimu sakit, seolah-olah kedua tanganmu lumpuh, tak mampu memegang apa pun, seolah-olah kakimu gemetar, tak mampu melangkah sejengkal pun, seolah-olah kemaluanmu lemah, seakan perutmu kekenyangan, akalmu gila, dan tubuhmu seolah-olah mayat yang tak berdaya dipikul di pundak, diangkut oleh orang-orang menuju pemakaman.

Dengan tak menghiraukan keharaman itu, niscaya engkau akan segera mendengarkan dan menunaikan semua perintah-Nya, sebagaimana engkau tak bergairah dalam menghadapi semua yang diharamkan-Nya. Perintah-Nya bagaikan obat penyembuh lukamu atau bagaikan air yang menyejukkan kerongkonganmu. Kemudian dengan penuh semangat, engkau akan menyambutnya maka sembuhlah dirimu dan bertambahlah semangat dalam menghadapi perintah-Nya.


PATUH DAN TAAT KEPADA ALLAH SWT.

Wahai budak nafsu! Janganlah sekali-kali engkau menentukan maqam para rabbani untuk dirimu sendiri. Sesungguhnya engkau adalah pemuja nafsu, sedangkan mereka adalah penyembah Allah. Engkau hanya mendambakan dunia, sedangkan mereka para rabbani itu mendambakan akhirat. Matamu hanya terpaku pada dunia ini, sedang mereka melihat Tuhannya. Engkau hanya mencintai cintaan-Nya, sedangkan mereka pecinta Yang Menciptakan (Allah). Hatimu terpaut pada yang ada di bumi semata, sedangkan mereka terpaut pada Tuhan Arasy.

Sesungguhnya engkau adalah korban dari segala yang engkau lihat. Mereka hanya melihat Sang Pencipta di atas segalanya, sehingga mereka telah meraih tujuan hidupnya dan keselamatan mereka terjamin, sedangkan dirimu tetap menjadi korban hawa nafsu duniawi.

Orang-orang yang mendapat petunjuk dan berada pada maqam yang tinggi lepas dari ciptaan (segala yang ada) dan lepas dari kepentingan pribadinya. Mereka menghamparkan jalan bagi tujuannya kepada Allah Tuhan Mahabesar, Tuhan yang memberi anugerah kepadanya suatu kekuatan untuk mendapatkan tujuan akhir yang baik, yaitu rasa kepatuhan (ketaatan). Inilah rida Allah, yang dianugerahkan kepada mereka yang dikehendaki-Nya. Mereka mewajibkan adanya perbuatan taat dan pemujaan. Berkat bantuan Allah, mereka melaksanakan amal taat dan menyembah tanpa mengalami hambatan dan kesulitan. Oleh karena itulah, rasa kepatuhan dan ketaatan sudah mendarah daging dan menyatu dalam napasnya.

Akhirnya, dunia akan menjadi rahmat bagi mereka dan membuat rohaninya tenang, bagaikan di surga saja. Sebab, jika mereka melihat sesuatu ciptaan Allah, yang dilihat atau dipandang bukan kenyataan atau wujud ciptaan itu, tetapi yang dilihatnya ialah hikmahnya, yaitu Yang Menciptakan. Orang-orang yang demikian ini bagaikan gunung yang menjadi pasak bumi dan berdiri kokoh. Mereka diciptakan di tengah-tengah umat sebagai lentera. Semoga kedamaian dari Allah SWT. melimpah kepadanya, salam dan rahmat-Nya selama di bumi dan langit maujud.

JANGAN MEMINTA KEPADA MANUSIA

Aku melihat dalam mimpi, seolah-olah aku berada di suatu tempat seperti masjid. Di dalamnya terdapat beberapa orang yang memisahkan diri dengan orang-orang lainnya. Lalu mereka orang yang mengasingkan diri dengan lainnya berkata kepadaku, "Andaikata si Fulan hadir di sini, tentu ia dapat membuat orang-orang itu disiplin dan akan memberi mereka petunjuk dengan benar, dan seterusnya...."

Kemudian di antara kerumunan orang banyak, terbayang olehku seorang saleh. Salah seorang dari mereka bertanya, "Mengapa engkau diam saja?" "Jika kalian berkenan, aku mau bicara," kataku.

Kemudian aku melanjutkan pembicaraan, "Apabila engkau menjauh dari orang-orang untuk mendapatkan kebenaran, janganlah sekali-kali kau meminta suatu apa pun dengan lidah kepada manusia.

Apabila engkau tidak meminta dengan cara demikian, jangan meminta suatu apa pun kepada manusia walaupun dalam hati saja. Sebab, meminta di dalam hati sama saja meminta dengan lidah. Hendaknya engkau ketahui bahwa setiap detik Allah SWT. berkuasa mengubah, mengganti, meninggikan, dan merendahkan orang-orang.

Allah SWT. menaikkan derajat beberapa orang. Lalu terhadap orang yang sebelumnya mendapat derajat tinggi, Dia berkuasa menjatuhkan derajat mereka ke tempat yang paling rendah. Adapun bagi mereka yang telah dijatuhkan ke derajat rendah, diberi-Nya suatu harapan bahwa suatu ketika Dia akan menaikkan derajatnya kembali ke maqam yang lebih tinggi," demikian kataku. Lalu aku terbangun dari tidurku.

MENGGANTUNGKAN DIRI KEPADA ALLAH SWT.

Tidak ada yang menjauhkanmu dari rida dan rahmat-Nya, kecuali ketergantunganmu terhadap manusia. Jadi, manusia itu sendiri yang menjadi penghalang dan yang dapat menjauhkanmu dari rahmat serta rida Allah SWT., manusia dan duniawi, yang di dalamnya termasuk segala fasilitas dan sebagainya. Sesungguhnya, manusia adalah penghalang bagimu untuk mendapatkan rezeki yang sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW. Misalnya, dalam bekerja mencari nafkah, jika selamanya engkau bergantung kepada manusia, tentu engkau mempunyai harapan agar seseorang mengulurkan tangan buatmu. Harapanmu tentang rezeki ternyata kau gantungkan kepada manusia, bukan kepada Allah SWT. Hal ini termasuk syirik, menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya.

Menggantungkan diri kepada manusia, menggantungkan harapan sepenuhnya kepada manusia menjadikan dirimu lupa bahwa sesungguhnya Allah jualah yang memberi rezeki, bukan manusia, dan engkau telah berbuat dosa besar. Setimpal dengan sikap dan dosamu, Allah menghukummu dalam bentuk pencabutan sumber rezekimu. Umpamanya engkau kehilangan sumber rezeki yang halal.

Bukan hanya itu, jika engkau pun menggantungkan dirimu kepada pekerjaanmu (mata pencaharianmu), mengharap dari lapangan pekerjaaanmu itu agar puas dengannya, sehingga terlena dengannya, engkau akan dilupakan oleh sumber rezekimu, sehingga berpaling dari Yang Maha Pemberi Rezeki, yaitu Allah SWT.

Hal ini termasuk syirik pula, bahkan lebih berbahaya daripada syirik yang berpengharapan kepada manusia. Tentu Allah SWT. menghukummu dalam bentuk menjauhkan rida-Nya. Oleh sebab itu, janganlah menggantungkan pengharapan rezeki kepada manusia, dan jangan pula memuja lapangan atau sumber rezekimu. Buanglah jauh-jauh ketergantungan seperti itu. Apabila engkau telah berpaling dari kesesatan semacam itu dan membuang jauh-jauh kemusyrikan yang halus itu, engkau akan selamat.

Hendaknya engkau yakin bahwa hanya Allah SWT.-lah yang memberi rezeki dan menciptakan kemudahan untuk mencari nafkah. Allah-lah yang memberi kekuatan, pemberi segala kebaikan, dan rezeki itu sepenuhnya berada dalam kekuasaan-Nya, sehingga datang melalui upahmu bekerja atau bisa juga datang karena rida-Nya sampai engkau tidak dapat melihat sebab dan perantaraannya.

Berpalinglah kepada-Nya, buanglah sifat manusiawi dan hewanimu. Dengan begitu, akan terbuka tabir penghalang antara dirimu dengan rida-Nya. Lalu Allah akan membuka pintu-pintu rezeki atas kehendak-Nya. Sesungguhnya Tuhan menyayangimu dengan limpahan rida-Nya.

Apabila di dalam hatimu sudah tak ada lagi keinginan manusiawi dan hewani serta tak ada lagi kesenangan, di sana hanya tinggal kehendak-Nya semata. Lepas dari kehendak nafsumu. Kemudian, jika Allah berkehendak memberikan bagianmu kepadamu, hatimu akan dibangkitkan untuk bergerak meraih bagianmu itu. Misalnya, bergerak dan terdorong untuk mencari rezeki yang halal. Selanjurnya, hatimu akan dilimpahi rasa syukur, sehingga engkau mensyukuri nikmat-Nya yang telah dikaruniakan kepadamu. Semua itu akan membuat nuranimu teguh dan mendorong rohaniahmu untuk menjauhi manusia, mengosongkan hati dari segala pengharapan terhadap mereka, kecuali hanya kepada Allah SWT.

Apabila hikmah ilmumu telah mencapai kedudukan yang tinggi, keyakinanmu menjadi teguh, dalam hatimu terdapat nur, dan maqam derajatmu semakin dekat dengan Allah, engkau akan mendapatkan kemampuan berupa 'melihat ke depan'. Hal ini hanyalah sebagian dari keridaan-Nya, sebagai rahmat dan petunjuk-Nya. Allah SWT. berfirman:

Artinya:


Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat), Maka janganlah kamu (Muhammad) ragu menerima (Al-Quran itu) dan Kami jadikan Al-Kitab (Taurat) itu petunjuk bagi Bani Israil.

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar[1195]. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.


(Q.S. As-Sajdah [32]: 23-24)



Takutlah kepada Allah, pasti Dia akan mengajarimu dan memberi kemampuan sehingga engkau dapat mengawasi alam semesta. Kemampuan itu atas izin-Nya yang jelas sehingga tiada kegelapan di dalamnya, yang ada adalah tanda yang nyata, terang bagaikan matahari. Dengan tutur kata yang manis, lebih menarik daripada apa pun. Begitu juga dengan ilham-Nya yang benar, tak sedikit pun terdapat kekaburan, bersih dari dorongan setan dan rayuan iblis terlaknat. Allah SWT. berfirman, "Wahai Bani Adam, Aku-lah Allah, tak ada sesuatu pun layak dipuja, kecuali diri-Ku. Aku berfirman, 'Jadilah', maka ia akan tercipta. Taatilah Aku, maka pasti engkau akan Ku-buat sedemikian rupa, sehingga jika berseru 'jadilah', ia pun akan tercipta (maujud)."

Hal ihwal yang serupa ini telah diberikan kepada beberapa Rasul-Nya, beberapa wali-Nya, dan orang-orang yang mendapat keridaan-Nya.

BERSATU DENGAN ALLAH SWT.

Apabila bersatu dengan Allah dan mencapai kedekatan dengan-Nya (melalui pertolongan-Nya), engkau akan terlepas atau berlepas diri dari makhluk dan sifat manusiawi maupun hewani.

Dengan demikian, apa yang engkau gerakan sesungguhnya bukan semata-mata atas dorongan gerakanmu, melainkan atas kehendak-Nya. Inilah yang disebut 'manunggal' dengan Allah.

Hendaknya engkau jangan menyamakan, istilah bersatu dengan Allah dan bersatu dengan sesama benda atau manusia. Sebab, bersatu dengan Allah tak sama dengan bersatu terhadap ciptaan-Nya. Oleh sebab itu, istilah bersatu perlu digarisbawahi agar engkau tidak menyamakan Allah dengan makhluk. Sebab, dalam Al-Qur'an telah diterangkan:


Artinya:

"Tak ada satu pun yang menyerupai-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
(Q.S. As-Syura [42]: 11)

Sesungguhnya tak ada makhluk ciptaan-Nya yang dapat menyamai Allah. Bersatu dengan-Nya merupakan istilah yang lazim dikenal oleh mereka yang mengalami kebersatuan ini. Pada dasarnya pengalaman mereka (wali-wali dan nabi) berlainan dengan kebanyakan orang. Mereka dapat 'bersatu' dan merasakannya dengan rohaninya.

Setiap rasul, nabi, dan wali Allah memiliki suatu rahasia yang sama sekali tidak dapat diketahui orang lain. Misalnya, sering kali terjadi seorang murid menyimpan suatu rahasia yang tidak diceritakan kepada sang mursyid atau syekh. Sebaliknya, sang mursyid atau syekh memiliki rahasia yang terkadang diceritakan kepada murid-nya, sekalipun mungkin suluk (latihan) murid sudah hampir mendekati maqam mursyid-nya. Jika sang murid meraih maqam ruhani sebagaimana maqam syekh atau mursyid-nya (guru walinya itu), ada perubahan dalam diri rohani si murid, yakni ia akan dibimbing Allah. Allah akan memutuskan hubungan si murid dengan makhluk, ciptaan-Nya, dan gurunya sendiri.

Berarti, sang guru atau mursyid itu laksana seorang inang pengasuh yang berhenti menyusui bayi setelahbersusia dua tahun. Sang guru diperlukan selama sang murid masih berada dalam suluk, dalam latihan untuk melepaskan nafsu-nafsu manusiawi dan hewaninya dan untuk menyucikan rohnya. Apabila kelemahan nafsu manusiawi dan hewani pada diri si murid telah lenyap, rohaninya tidak ada lagi noda dan kerusakan dan ia tidak membutuhkan lagi sang guru atau syekh sebagai pembimbing. Pada maqam ini, ia membutuhkan bimbingan dari Allah SWT. saja.

Oleh sebab itu, jika engkau telah bersatu dengan Allah — sebagaimana digambarkan di atas— engkau telah bersih dari segala-galanya, yaitu segala ciptaan Allah, kecuali hanya kepada Allah saja. Engkau tidak akan melihat sesuatu yang lebih menarik dan lebih penting, kecuali hanya kepada Allah. Ini terjadi pada saat engkau suka maupun duka. Dalam ketakutan dan rasa pengharapan, engkau tidak akan bergantung kepada siapa pun, kecuali Allah. Tidak ada yang kau takutkan terhadap ciptaan-Nya, kecuali takut kepada Allah. Dia-lah yang pantas engkau takuti dan engkau mintai perlindungan. Oleh sebab itu, perhatikan selalu dan patuhilah kehendak-Nya, baik di dunia maupun untuk akhirat. Jangan kau biarkan hatimu terikat dengan salah satu jenis ciptaan-Nya (dunia wi).

Sesudah mendapatkan 'ketajaman mata hati', hendaknya engkau meminta perlindungan kepada Allah dari kebutaan mata hati. Sesudah bersatu, hendaknya engkau tak putus-putusnya memohon dan berlindung dari keterpisahan dari-Nya. Sesudah akrab dan dekat dengan Allah, memohonlah perlindungan kepada-Nya dari kesesatan. Sesudah beriman, hendaknya engkau memohon dijauhkan dari kekufuran.

Nafsu hewani manusia dan segala kesenangan duniawi laksana sungai besar yang arusnya deras, yang setiap saat air itu bertambah terus. Adapun ujian hidup manusia itu laksana anak panah dan berbagai senjata bidik. Jelaslah bahwa unsur-unsur yang menguasai kehidupan manusia adalah berbagai cobaan hidup, musibah, penderitaan, dan segala upaya untuk mengatasinya. Bahkan, segala karunia dan nikmat yang diterimanya telah dibayang-bayangi oleh berbagai musibah.

Oleh sebab itu, apabila seorang arif dan cerdik mau meninjau masalah ini terus-menerus, ia akan memperoleh pengetahuan tentang hakikat. Hakikat itu ialah bahwa tak ada kehidupan sejati, kecuali kehidupan akhirat. Sabda Nabi Muhammad SAW., "Tak ada kehidupan selain kehidupan di akhirat."

Hal-hal yang demikian itu terbukti bagi seorang mukmin, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW., "Dunia ini adalah penjara bagi orang-orang yang beriman dan surga bagi si kafir."

Apabila teringat akan sabda Rasulullah tersebut dan memikirkan hakikat dunia, seorang yang beriman tidak dapat merasakan kenyamanan hidup di dunia ini. Bagi orang-orang beriman, sesungguhnya kedamaian dan kenyamanan hakiki terletak pada kesempurnaan hubungan dirinya dengan Allah Ta'ala, penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Apabila engkau melakukan hal-hal semacam itu, pastilah dirimu akan terbebas dari dunia yang mengekang ini. Lalu kepadamu akan dilimpahkan rahmat, kebahagiaan, kebaikan, kesejahteraan, dan keridaan-Nya.

BERSYUKUR KEPADA ALLAH SWT.

Apabila mendapat bencana, janganlah engkau keluhkan kepada siapa pun, baik kepada kawan atau lawanmu. Jangan menyalahkan Allah atas takdirnya yang ditimpakan kepadamu dan atas ujian yang diberikan-Nya kepadamu. Lebih baik engkau ceritakan semua kebaikan yang telah engkau dapatkan dari-Nya, nikmat yang dilimpahkan kepadamu dan anugerah yang kau terima dari-Nya. Kemudian banyak-banyaklah bersyukur. Sesungguhnya, meskipun engkau belum mendapatkan nikmat —masih mendapatkan bencana dan ujian jika mau bersyukur, hal itu akan lebih mulia. Ketahuilah bahwa tak ada ciptaan yang jauh dari rahmat-Nya. Firman-Nya:

Artinya:
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).(Q.S. Ibrahim [14]: 34)

Sesungguhnya, betapa banyak nikmat yang telah kau terima, namun banyak yang tak kau sadari. Jangan merasa cinta dan tergila-gila dengan ciptaan-Nya (duniawi). Jangan pula menceritakan hal ihwal dirimu kepada siapa pun, kecuali kepada Allah. Nyatakan kesenanganmu kepada-Nya dengan bersyukur. Nyatakan keluhanmu kepada-Nya dengan sabar dan banyak memohon.

Janganlah memandang kemudaratannya dan ketidak-manfaatannya atas orang lain. Sadarilah segala sesuaru adalah ciptaan-Nya. Gerak dan daya, diam dan apa saja yang mereka lakukan adalah berkat kuasa tangan-Nya. Keberadaannya hingga detik ini pun atas kehendak-Nya. Derajat mereka, sesungguhnya berada di tangan-Nya dan Allah yang menentukannya. Jika seseorang telah dimuliakan Tuhan, tak seorang pun mampu membuatnya hina. Sebaliknya, jika seseorang dibuat hina oleh Allah, tak ada seorang pun yang mampu mengubahnya menjadi mulia. Begitu juga, jika Allah berkehendak menimpakan keburukan atas dirimu, tak seorang pun yang sanggup mencegahnya. Jika Allah berniat baik dan melimpahkan kebajikan kepadamu, maka tak seorang pun dapat menahan turunnya ralimat Allah itu.

Janganlah sekali-kali engkau mengeluh kepada Tuhan, sebab engkau telah menikmati rahmat-Nya. Jika engkau bersikap keluh kesah dan mengadu kepada-Nya, engkau termasuk orang yang tama dan menutup mata atas segala yang kau miliki dan kau nikmati. Sesungguhnya, keluh kesah dan pengaduanmu kepada-Nya hanya akan melipatgandakan hukuman, kemurkaan, dan kebencian Allah saja. Akhirnya, engkau akan menjadi manusia terhina dalam pandangan Allah.

Jangan mengeluh sedikit pun apalagi hingga jasadmu digunting-gunting dan dagingmu menjadi serpihan-serpihan kecil. Selamatkanlah dirimu! Hendaknya engkau takut kepada-Nya, takut kepada-Nya, dan takut kepada-Nya!

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya sebagian besar musibah yang menimpa manusia itu disebabkan oleh keluhan-keluhannya sendiri terhadap Allah Ta'ala. Mengapa Allah yang dipersalahkan? Padahal sebenarnya Allah itu Maha Pengasih, Mahaadil, Mahabesar, Maha Penyayang, dan lemah-lembut terhadap semua hamba-Nya, melebihi seorang dokter yang sabar merawat pasiennya. Ia penyayang dan ramah. Nabi Muhammad SAW., pernah bersabda,

"Allah lebih penyayang terhadap hamba-hamba-Nya daripada seorang ibu terhadap anak-anaknya."

Wahai jiwa yang dirundung malang! Tunjukkanlah perilakumu yang terbaik. Apabila musibah telah menimpamu, tunjukkanlah kesabararumi, walaupun engkau dibuat tak berdaya oleh musibah itu. Meskipun engkau lelah dalam berserah diri kepada-Nya, hendaklah engkau tetap bersabar.

Bertakwalah selalu kepada rida-Nya, rida dan merasalah rindu kepada-Nya.
Apabila engkau masih merasakan berada dalam kungkungan nafsu hewanimu dan manusiawimu, berusahalah keluar da'rinya. Apabila engkau hilang, di manakah kau ditemukan? Di mana? Apakah engkau belum mendengar firman-Nya:

Artinya:

"Diwajibkan atas kamu berperang, sedang berperang itu suatu yang kamu benci, dan boleh jadi kamu benci akan sesuatu, sedang ia lebih baik bagimu, dan mungkin kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Q.S. Al-Baqarah [2]: 216)

Sesungguhnya, penglihatanmu tertutup oleh suatu tabir dan hatimu tercabut dari memahami ihwal hakikat. Oleh sebab itu, janganlah berlebih-lebihan dalam membenci dan mencintai sesuatu. Apabila engkau benar-benar orang yang saleh, hendaknya engkau mengikuti ketetuan syariat dalam setiap ruang dan waktu. Apabila engkau telah mengamalkan hal itu, ikutilah perintah tentang wilayat, dan berusahalah untuk tetap teguh. Terimalah dengan hati ikhlas atas segala ketentuan-Nya dan berdamailah dengan kehendak Allah. Luruhlah dalam keadaan badal, ghauts, dan shiddiq. Jangan berdiri di tengah-tengah jalan nasib. Bertolaklah, gantikanlah hasratmu dan dirimu dengan kehendak-Nya. Tahanlah lidahmu dari berbagai keluhan.

Apabila hal-hal tersebut telah engkau amalkan, Allah SWT. akan memberi karunia berupa kebaikan yang berlimpah, memberi kehidupan yang damai dan bahagia, dan Dia akan melindungimu. Akan tetapi, jika dalam diri manusia itu bersarang noda-noda dosa, tak pantas kiranya untuk bersama-Nya. Tak seorang pun dapat mencium ambang pintu-Nya, kecuali bagi mereka yang suci dari noda ujub. Sama halnya seseorang yang bernoda, berborok, dan berbau busuk tak akan pantas dan tak diizinkan untuk duduk bersama raja. Oleh sebab itu, sesungguhnya musibah dan bencana adalah penebus dan pembersih diri dari noda-noda dosa. Sabda Nabi SAW., "Demam sehari dapat menebus dosa setahun."

MENJADI HAMBA PILIHAN-NYA

Apabila dijanjikan oleh Allah SWT. suatu janji dan janji itu terpenuhi, imanmu yang lemah akan menjadi kuat, dan Allah akan meningkatkan janji yang lebih baik. Apabila keyakinan dan kepastian ini semakin mantap dan kuat, engkau akan menjadi manusia yang mulia. Sebagaimana firman-Nya:

Artinya:

"Sesungguhnya engkau pada hari ini mempunyai kedudukan dan kepercayaan di sisi Kami."

(Q.S. Yusuf [12]: 54)

Dengan demikian, engkau telah menjadi salah seorang hamba pilihan, bahkan terpilih dari yang terpilih. Pada tingkatan ini, sirnalah tujuan maupun kehendak yang didorong atas kemauan pribadimu. Engkau bagaikan bejana yang kosong dari suatu cairan pun. Dengan begitu, tak ada nafsu manusiawi dan hewani yang ada dalam dirimu. Yang ada hanyalah roh suci. Rohanimu menjadi bersih dan terbebas dari segala sesuatu, kecuali Allah Yang Mahaagung dan Mahakuasa. Engkau menjadi rida kepada-Nya, kepadamu dijanjikan keridaan-Nya, sehingga engkau dapat menikmati dan mendapat rahmat atas semua tindakan-Nya.

Apabila yakin dan puas dengan janji Allah itu, engkau akan dipindahkan-Nya ke janji yang lain. Allah akan menjadikanmu lebih terhormat daripada sebelumnya. Kemudian engkau mendapat anugerah rasa puas dengan janji-Nya itu. Lalu dibukakan pintu-pintu hikmah, disingkapkan misteri Ilahi, hakikat kebenaran, makna perubahan janji-Nya. Dalam maqam-mu yang baru itu, engkau akan mengalami peningkatan kemampuan dalam memelihara keadaan rohanimu.

Pada tahap berikutnya, engkau akan mendapatkan anugerah berupa derajat rohani, yakni dipercayakan kepadamu beberapa rahasia. Engkau mengalami keluasan dada, hati yang cerah, lidah yang fasih, ilmu yang derajatnya tinggi, dan kecintaan. Dengan begitu, engkau akan disayangi seluruh makhluk, baik manusia, binatang maupun jin.

Jika engkau menjadi hamba pilihan Allah, sudah pasti semua orang tunduk kepadamu karena mereka tunduk kepada Allah. Mereka cinta kepadamu karena cintanya kepada Allah, dan kebenciannya terhadapmu karena kebenciannya kepada Allah SWT. Engkau diantarkan ke tempat yang tinggi oleh Allah. Di sana, engkau tak akan menemukan sosok dirimu sebagai tempat nafsu-nafsu.

Allah SWT. akan membuat dirimu dengan penuh hasrat terhadap sesuatu, namun nafsumu dimusnahkan dan dilenyapkan. Engkau akan dipalingkan Allah dari keinginan-keinginan yang berdasarkan nafsu manusiawimu. Dan, engkau tidak akan diberi Al­lah tentang apa-apa di dunia, tetapi kelak di akhirat engkau mendapatkannya.

MENINGGALKAN SESUATU YANG MERAGUKAN

Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW. bersabda, "Campakkanlah segala sesuatu yang menimbulkan keraguan di hatimu tentang yang halal dan yang haram, dan ambillah segala yang tak menimbulkan keraguan pada dirimu."

Apabila sesuatu yang meragukan itu bercampur aduk dengan sesuatu yang tidak meragukan, sebaiknya engkau memilih sesuatu yang tidak meragukan. Kemudian engkau meninggalkan sesuatu yang menimbulkan keraguan di benakmu. Jika dalam keadaan ragu-ragu, hendaknya jangan engkau cepat bertindak. Tunggulah, tunggu saarnya batinmu mendorong untuk memilih dan berbuat. Tentu saja, batin yang suci dan lepas dari noda-noda. Batin yang telah menyatu dengan roh dan kehendak Allah SWT.

Seandainya engkau kehabisan kesabaran dan kepasrahan (untuk berserah diri), sadarlah bahwa Allah SWT. tidak butuh untuk kau ingat. Dia tidak pernah melupakanmu dan hamba-Nya yang lain. Ia Mahakuasa dan Agung, Maha Pemurah, Maha Pemberi rezeki dengan tak pandang bulu, baik kepada si kafir maupun kepada si mukmin. Oleh karena itu, tak mungkin Allah melupakanmu. Janganlah engkau merasa lelah untuk berserah diri kepada-Nya.

Sesungguhnya sabda Bagrnda SAW. yang isinya menyurahmu meninggalkan keragu-raguan dan mengambil yang tidak menimbulkan keraguan mempunyai makna bahwa engkau jangan menghiraukan segala sesuatu yang ada dalam tangan atatt kekuasaan manusia. Tujuannya agar engkau jangan sekali-kali mengharap sesuatu kepada manusia atau takut kepada mereka. Sesungguhnya, pengharapan dan rasa takut kepada manusia adalah sesuatu yang menimbulkan keraguan. Sebaliknya, takut dan harap kepada Allah tiada akan menimbulkan keraguan. Inilah yang dimaksud dari hadis tersebut.

Oleh sebab itu, sesungguhnya hanya ada satu tempat kita meminta. Hanya ada satu pemberi dan satu tujuan, yaitu Tuhan Yang Mahaagung. Di tangan-Nyalah letak hati manusia, sedang hati adalah yang mengendalikan jasmani. Dengan demikian, jasmani dan harta manusia pada hakikatnya adalah milik Allah SWT. Apabila manusia menggerakkan tangannya untuk bermurah kepadamu, sesungguhnya keadaan itu berkat kehendak Allah SWT. Semua itu atas izin Allah SWT.

Allah SWT. berfirman,

"Memintalah kepada Allah atas karunia-Nya. Sesungguhnya yang kau abdi selain Allah, tak akan memberimu sesuatu apa pun. Oleh karena itu, memintalah karunia kepada Allah dan abdilah Dia, dan bersyukurlah kepada-Nya. Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku ini sangat dekat, Aku menerima doa dari yang berdoa bila ia berdoa kepada-Ku. Serulah Aku maka Aku akan menyahutmn. Sesungguhnya Allah adalah pemberi karunia, Tuhan kekuatan. Sesungguhnya Allah memberikan karunia kepada yang dikehendaki-Nya tanpa batas."

MIMPI BERTEMU DENGAN SETAN

Sesungguhnya aku melihat setan terlaknat dalam mimpiku seakan-akan aku berada dalam sebuah kerumunan mereka dalam jumlah yang banyak. Aku berniat membinasakannya. Lalu si setan berkata kepadaku, "Mengapakah engkau hendak membinasakanku, apa dosa dan salahku? Seandainya Allah menentukan keburukan, aku tidak mampu mengubahnya menjadi kebaikan. Jika Allah menentukan kebaikan, aku pun tidak mampu mengubahnya menjadi keburukan. Sesungguhnya tidak ada artinya tanganku, kekuasaanku!" kata setan.

Kulihat dia seperti orang kasim, lembut ucapannya, dagunya berjenggot, hina pandangannya, dan mukanya buruk sekali. Seolah-olah ia tersenyum kepadaku penuh malu dan ketakutan. Mimpiku ini kualami pada malam Ahad; tanggal 12 Dzulhijjah 401 Hijriyyah.

ALLAH SWT. SELALU MENGUJI  PARA HAMBA-NYA

Sesungguhnya Allah SWT. menguji hamba yang beriman kepada-Nva menurut kadar imannva. Apabila iman seorang hamba itu kuat cobaannya pun kuat. Cobaan seorang rasul lebih berat daripada cobaan seorang nabi, sebab iman rasul lebih tinggi daripada iman nabi. Cobaan yang ditimpakan kepada nabi lebih berat daripada yang ditimpakan kepada badal. Cobaan yang ditimpakan pada seorang badal lebih berat daripada cobaan yang ditimpakan kepada wali.

Setiap orang diuji dan dicoba menurut kadar imannya dan keyakinannya masing-masing. Nabi Muhammad SAW. bersabda bahwa sesungguhnya kami, para nabi, adalah orang yang paling banyak mendapat ujian.

Itulah sebabnya, Allah terus menguji pemimpm-pemimpin mulia ini. Tujuannya agar mereka selalu berada di sisi-Nya dan tak lengah sejengkal pun. Allah SWT. mencintai mereka, sebaliknya mereka pun mempunyai rasa cinta sangat mendalam kepada Allah SWT. Pada hakikatnya, pecinta itu tak akan menghindar atau menjauhi yang dicintainya.

Bagi mereka para kekasih Allah cobaan bukan membuat dirinya menjauhi Allah SWT., tetapi justru sebaliknya, semakin memperkokoh hati dan jiwanya dalam berkeimanan. Karena cobaan yang diterimanya, ia akan selalu menjaga diri dari kecenderungan terhadap sesuatu yang bukan menjadi tujuan hidupnya, menjaga agar hatinya tidak condong pada kesenangan duniawi, tetapi tetap teguh mencintai dan senang kepada Allah SWT. saja. Dengan demikian, secara refleks, nafsunya menjadi luluh, sifat manusiawi dan hewaninya akan lebur, kemudian ia menemukan hakikat kebenaran yang jelas dan terang benderang. Kehendak dan keinginan tentang dunia telah lenyap dalam hatinya. Kebahagiaan mereka berlebih pada janji Allah SWT., keridaan mereka tulus dalam menerima takdir. Mereka sabar dalam menghadapi cobaan maka selamatlah kekasih Allah ini dari kejahatan para makhluk dan terbebas dari keinginan hati mereka sendiri.

Cobaan demi cobaan tidak melemahkan hatinya, justru memperkuat keadaan hati itu sendiri sehingga hati mereka ini mampu mengendalikan anasir jasmaniahnya. Hatinya mampu melemahkan hawa nafsu, sifat manusiawi dan sifat hewaninya yang melekat. Oleh karena itu, dalam keadaan seperti ini, datanglah pertolongan, karunia, dan kekuatan dari Allah. Allah berfirman, "Jika engkau bersyukur, maka pastiakan Aku tambahkan (nikmat) kepadamu."