Musuh Tertidur, Rasulullah Pun Lolos

Musuh Tertidur, Rasulullah Pun Lolos

Peristiwa ini pun didalangi oleh Abu Jahal yang masih ingin memburu Rasulullah, sampai beliau berhasil dibunuhnya. Setelah gagal pada pemboikotan di Syi'ib yang cukup menyengsarakan kaum muslimin dan kaum kerabat Bani Hasyim dan ternyata Abu Jahal telah mengalami kegagalan membunuh Nabi dengan cara membiarkan beliau dan keluarganya di dataran gersang Syi'ib, menahan lapar dan haus, kini kaum musyrikin Quraisy berunding lagi di Darun Nadwah untuk merencanakan pembunuhan terhadap Rasulullah.

Mereka bersepakat untuk membunuh Nabi pada malam itu juga. Abu Jahal, Abul Bukhtari, Syaibah, dan al-Ash bin Wail adalah tokoh-tokoh sesat yang paling bernafsu dengan matinya Nabi. Di saat amarah mereka memuncak karena kedengkiannya terhadap Rasulullah, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki tua yang langsung ikut serta dalam perundingan tersebut. Orang tua tersebut sangat mendukung rencana pembunuhan ini, bahkan ia ikut ambil bagian dan mengusulkan sebuah rencana. Orang tua tersebut adalah iblis yang menyamar sebagai manusia, yaitu dengan nama Abul Bakhtari.
Pada mulanya, kedatangan iblis itu ditolak oleh Abu Jahal dengan mengatakan, "Kami yang berkumpul di sini akan membahas masalah yang sangat rahasia. Untuk itu, keluarlah engkau dari sini." Tetapi, iblis tetap mempertahankan keberadaannya di situ, dengan mengatakan, "Aku adalah orang yang dituakan di bumi Najed. Aku mempunyai firasat akan terjadi suatu peristiwa yang akan datang. Oleh karena itu, masukkanlah diriku dalam perundingan ini. Barangkali usulku akan berguna bagi rencana kalian ini!"

Setelah para tokoh Quraisy yang berjumlah dua belas orang tadi berunding, akhirnya mereka sepakat untuk memasukkan iblis yang menyamar sebagai orang tua tadi untuk ikut dalam perundingan itu. Maka, mulailah rencana-rencana busuk itu dibicarakan. Untuk mengawali pembicaraan, Uthbah mulai dengan ucapannya, "Sesungguhnya kematiannya adalah hak Allah. Maka, bersabarlah kalian sampai Allah memutuskan haknya untuk mematikan Muhammad sehingga kita akan segera terpelihara dari keburukan-keburukannya!"

Iblis sangat marah mendengar kata-kata Uthbah sehingga is membentaknya, "Diamlah engkau Uthbah! Daripada engkau mempunyai pikiran seperti itu, lebih baik engkau tidak usah ikut dalam perundingan ini. Jika kalian bersabar sampai Muhammad meninggal dengan sendirinya, berarti kalian memberikan kesempatan kepadanya untuk membuat agama yang dibawanya itu berkembang di muka bumi ini dan kalian akan binasa olehnya!"

Mendengar penjelasan iblis, semua mangut-mangut membenarkannya. Mereka berkata, "Engkau benar, ya Syekh Najdiy!" Lalu, Syaibah angkat bicara, "Bagaimana jika Muhammad kita tangkap dan kita penjarakan di rumah terpencil, lalu kita menguncinya dari luar agar ia kehausan dan kelaparan sampai mati." Iblis berkata, "Pendapat ini kurang menguntungkan! Bagaimana jika tanpa sepengetahuan kita Muhammad itu ada yang menolongnya dan membawanya ke sebuah negeri? Bukankah kita akan kehilangan buruan kita?"
Semua usulan dalam perundingan di Damn Nadwah itu tidak ada yang diterima oleh iblis. Tinggallah Abu Jahal sendiri yang belum mengeluarkan pendapatnya. Maka Abu Jahal pun berkata, "Kita semua dari masing-masing kabilah harus mewakilkan seorang pemuda tangguh yang gagah berani dan harus membawa, pedang yang tajam. Kemudian, pemuda-pemuda tersebut kita suruh untuk mengepung rumah Muhammad malam ini juga sehingga ia tidak bisa keluar. Bila ada yang melihat dia keluar, segeralah penggal lehernya dengan pedang yang mereka bawa itu. Jika keluarga Muhammad menuntut diyat, kita akan mengumpulkan harta yang dikeluarkan dari masing-masing kabilah tadi dan kemudian harta tersebut langsung kita serahkan kepada kerabat Muhammad. Sehingga, dengan begitu, kita akan terbebas dari tuntutan keluarganya!"

Banyak yang memuji usulan dari Abu Jahal yang dianggap sangat tepat. Iblis pun ikut memuji Abu Jahal dengan berkata, "Engkau benar, Abu Jahal. Benar pula pikiranmu itu. Pendapatmu sangat sesuai dengan apa yang aku inginkan sebelumnya!"

Tidak lama setelah perundingan itu bubar, malaikat Jibril yang turun atas perintah Allah menyampaikan wahyu-Nya kepada Muhammad. Isi firman Allah tersebut adalah sebagai berikut.
"Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya. Dan, Allah sebaik-baiknya Pembalas tipu daya." (al-Anfaal: 30)
Kemudian Jibril berkata, "Wahai Muhammad! Keluarlah engkau dari Mekah ke Madinah. Sesungguhnya, perintah ini adalah perintah rahasia yang aku sampaikan kepadamu. Engkau jangan gelisah, sebab sesudah kesusahan ada kemudahan dan setiap sesuatu mempunyai waktu dan aturan bagi yang mengawasi tingkah laku kita. Ada Zat Yang Maha Mengawasi. Di atas pengaturan kita ada Allah Yang Mahakuasa."
Setelah mendapat perintah untuk berhijrah, Rasulullah kemudian berunding dengan sahabat-sahabat beliau untuk menentukan siapa yang menemani Rasulullah saw.. Kemudian, orang yang disuruh tidur di ranjang Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib, kemenakan beliau yang sudah diangkat menjadi anak angkatnya. Rasulullah menjamin masuk surga bagi yang tidur di ranjang Rasulullah waktu itu.
Kemudian pada malam itu, sepuluh orang pemuda yang terpilih sebagai utusan dari masing-masing kabilah yang memusuhi Nabi, segera berkumpul dan mengepung sekitar rumah Rasulullah, agar beliau tidak dapat keluar dengan selamat. Rasulullah tidak merasa khawatir sedikit pun melihat ulah para pemuda Quraisy tersebut. Beliau sangat percaya bahwa Allah bersamanya. Sehingga, ketika keluar rumah untuk berhijrah, beliau terlebih dahulu berdoa kepada Allah Yang Maha Penolong. Kemudian, beliau taburkan pasir ke arah para pemuda tersebut tanpa sepengetahuan mereka, sampai mereka tertidur dengan pedang terhunus. Iblis yang mengintai tidak jauh dari tempat tersebut juga ikut terlena sehingga iblis laknat tersebut tidak melihat ketika Rasulullah keluar dari tempat kediaman beliau.

Ketika fajar tiba, dengan sangat terkejut, para pemuda kafir itu kalang kabut karena mendapatkan diri mereka tertidur di halaman rumah Rasulullah. Dengan segera, mereka menyerbu ke rumah Rasulullah dan mengacak-acaknya. Di dalam kamar beliau, mereka mendapatkan orang yang masih tidur sehingga membuat mereka terlonjak kegirangan. Namun, alangkah geramnya mereka ketika mengetahui bahwa yang tidur di ranjang Rasulullah adalah Ali, putra pemimpin Quraisy, Abu Thalib, sehingga mereka tidak berani berbuat apa-apa terhadap Ali. Mereka membiarkan saja Ali hidup karena bila mereka membunuh Ali, akan pecah perang antar kabilah, sesuatu yang mereka hindari selama ini.
Dengan begitu, selamatlah Nabi kita dan kebuasan algojo -algojo kafir yang celaka itu melalui mukjizat yang beliau miliki.